Memahami lebih baik daripada memahami

*Senin, 10 November 2025**MEMAHAMI LEBIH BAIK, DARI PADA MENGHAKIMI**Ayub 20:1-11**PENGANTAR*Salah satu kecenderungan manusia adalah, cepat menyalahkan dan menghakimi ketika ada sesama yang sedang mengalami kesulitan, penderitaan atau kesusahan dari pada memahami dan merasakan apa yang sedang dialami oleh sesamanya. Tidak jarang sikap menyalahkan dan menghakimi dibungkus dengan dalih karena peduli atau niat baik. Peduli dan niat baik memang sangat dibutuhkan ketika seseorang mengalami kesulitan, penderitaan atau kesusahan, namun perlu bijaksana dan simpatik dalam menyampaikannya, agar sungguh-sungguh memberi semangat, kekuatan dan penghiburan bagi yang sedang kesulitan, menderita atau kesusahan. Hari ini firman Tuhan mengingatkan agar kita belajar memahami sesama yang sedang berkesusahan, dari pada menyalahkan dan menghakiminya.*PEMAHAMAN*Pelajaran penting apa yang bisa kita peroleh dari bacaan Ayub 20:1-11 ini? Perhatikan dengan baik, agar dapat memahami sesama kita yang sedang kesusahan dari pada menghakiminya.Ayub 20:1-11 ini adalah berisi narasi Zofar, salah satu sahabat Ayub. Ia berpendapat bahwa pertanyaan dan keluhan Ayub kepada Allah, adalah menunjukkan pemberontakan Ayub terhadap Allah. Zofar menganggap Ayub hanya kelihatannya saja hidup takut akan Tuhan, namun di dalam hatinya Ayub melawan Allah (v. 1-4). Zofar nampaknya sungguh yakin bahwa penderitaan Ayub adalah oleh karena perbuatannya. Ayub menderita karena dosanya dan dianggap sebagai orang munafik (v. 5-7). Padahal apa yang dituduhkan kepada Ayub semuanya tidak benar, melainkan karena Allah ingin menguji iman Ayub (Ayub 2:3-6 band. 23:10-12). Tujuan Zofar mungkin baik, untuk mengingatkan Ayub tetapi tidak tepat sasaran, bahkan menambah beban bagi Ayub. Dalam kehidupan kita, terkadang kita menemui sikap-sikap seperti Zofar, atau mungkin kita sendiri seperti Zofar, terlalu cepat menyalahkan dan menghakimi sesama. Tujuannya mungkin baik, namun sebaiknya kita tidak boleh terlalu cepat menyalahkan atau menghakimi sesama. Belajar memahami orang lain lebih baik, dari pada terburu-buru menyalahkan atau menghakimi. Bagaimana dengan kita saudara?*REFLEKSI*Saudara, ketika ada saudara kita datang dengan kesulitan, kesusahan dan penderitaan dan meminta nasihat, pertolongan atau dukungan kita, itu berarti Tuhan ingin memakai kita untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya menolong sesama kita itu. Maka janganlah kita cepat menghakiminya, tetapi belajar memahami apa yang sedang dialami saudara kita itu.*TEKADKU*Tuhan, saya mau belajar untuk memahami penderitaan orang lain, sehingga tidak cepat menghakiminya, dengan demikian mungkin saya bisa menjadi berkat bagi orang lain. Berikanlah saya hikmat dan kepekaan agar mampu menjadi perpanjangan tangan-Mu untuk menolong sesama yang berkesusahan. *TINDAKANKU*Mari saudara-saudara, kita belajar memahami dan merasakan kesusahan, kesulitan dan penderitaan sesama kita, agar kita tidak mudah menyalahkan dan menghakimi, tetapi justru dapat menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk menolong mereka.

Posted in RENUNGAN | Tagged | Leave a comment

Allah hidup maka kita pun hidup

*Minggu, 9 November 2025**ALLAH HIDUP MAKA KITA PUN HIDUP**Lukas 20:27-38**Pengantar*Seorang anak kecil bertanya kepada ibunya, “Ma, kalau orang mati itu ke mana?” Sang ibu menjawab, “Kalau kita sungguh-sungguh percaya pada TUHAN YESUS, kita tidak benar-benar mati, kita hanya pulang.” Jawaban itu sederhana, tapi mengandung kebenaran mendalam: hidup kita tidak berhenti di kubur, sebab kita percaya kepada ALLAH yang hidup. Bacaan Injil hari ini memandu kita untuk merenungkan hal ini. *Pemahaman*• Ayat 27 : Siapa kelompok yang datang kepada YESUS dalam ayat ini, dan apa yang mereka tidak percayai?• Ayat 28- 33 : Mengapa mereka mengajukan pertanyaan tentang kebangkitan dan pernikahan?• Ayat 34 – 38 : Bagaimana jawaban YESUS menunjukkan bahwa ALLAH adalah ALLAH orang hidup?• Ayat 38 : Apa makna pernyataan: “Ia bukan ALLAH orang mati, melainkan ALLAH orang hidup” bagi kita hari ini?Kaum Saduki tidak percaya akan kebangkitan. Mereka mencoba menjebak YESUS dengan pertanyaan logika manusia: jika seseorang menikah berkali-kali, siapa pasangannya nanti di surga? Mereka berpikir bahwa kehidupan setelah kematian hanyalah kelanjutan dari kehidupan dunia sekarang dengan sistem sosial dan pernikahan yang sama. Tujuan mereka mengajukan pertanyaan itu adalah untuk mematahkan gagasan kebangkitan dari kematian yang mereka anggap tidak logis. YESUS menegaskan bahwa hidup kekal bukanlah kelanjutan hidup duniawi, tetapi hidup baru dalam kuasa ALLAH. Di sana, manusia hidup seperti malaikat, tidak kawin, tidak dikawinkan, dan hidup karena ALLAH.YESUS mengutip kisah Musa dan semak yang menyala (ayat 37–38) untuk menegaskan bahwa ALLAH memperkenalkan diri-Nya sebagai “ALLAH Abraham, ALLAH Ishak, dan ALLAH Yakub” dan mereka semua masih hidup di hadapan-Nya. Artinya, bagi ALLAH yang hidup, tidak ada kematian yang memisahkan kasih dan kuasa-Nya. Kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari hidup bersama ALLAH yang hidup. Iman kepada YESUS membuat kita memiliki pengharapan melampaui kubur.Ingatlah, ALLAH yang hidup tidak membiarkan umat-Nya mati sia-sia, sebab kasih-Nya menembus batas kematian.*Refleksi*Dalam keheningan, marilah merenungkan: “Apakah aku hidup seolah-olah ALLAH benar-benar hidup dalam diriku hari ini? Ataukah aku masih terjebak dalam ketakutan, seolah kematian adalah akhir segalanya?”Diamlah sejenak… rasakan napas kehidupan yang diiberikan TUHAN. Setiap tarikan napas adalah bukti: “ALLAH masih hidup dan aku pun hidup dalam Dia.”*Tekadku*Ya TUHAN, hidupku ada karena Engkau hidup. Mampukanlah aku memuliakan-Mu dengan hidup yang penuh harapan dan iman.*Tindakanku*Hari ini, aku akan menguatkan seseorang yang sedang berduka atau kehilangan dengan pengharapan kebangkitan. Aku akan mengatakan padanya: “ALLAH hidup dan kasih-Nya tidak berakhir — kita pun akan hidup bersama-Nya.”

Posted in RENUNGAN | Tagged | Leave a comment

Dipelihara dalam naungan sayapNya

*Jumat, 7 November 2025**Dipelihara dalam Naungan Sayap-Nya**Mazmur 17:1-9**Pengantar*Seorang ibu muda yang setiap hari berangkat kerja naik motor selalu membawa anaknya yang kecil. Saat hujan deras datang tiba-tiba, ia membuka jaketnya dan menutupi kepala sang anak agar tidak kehujanan, meski tubuhnya sendiri basah kuyup. Anak itu terlindung, karena sang ibu rela menanggung dingin. Demikian juga ALLAH melindungi kita dengan kasih-Nya. Mazmur hari ini akan memandu kita untuk merenungkan hal ini. *Pemahaman*• Ayat 1 : Mengapa Daud memohon agar TUHAN “memperhatikan” dan “mendengarkan” doanya?• Ayat 8 : Apa makna kiasan “biji mata” dan “naungan sayap” dalam konteks pemazmur?• Bagaimana sikap Daud terhadap orang jahat dan terhadap TUHAN dalam Mazmur ini?• Apa yang dapat kita pelajari tentang kepercayaan Daud di tengah ancaman?Mazmur 17 ditulis oleh Daud dalam situasi tertekan. Saat itu ia dituduh tidak adil, dikejar musuh, dan nyawanya terancam. Namun ia datang kepada ALLAH bukan dengan sikap putus asa melainkan dengan kepercayaan penuh. Iya yakin bahwa ALLAH melihat dan menilai hatinya dengan benar. Ia yakin bahwa ALLAH adalah Hakim yang adil dan Pelindung yang setia. Iman Daud tampak dalam pengakuannya, “ Aku berseru kepadamu karena Engkau menjawab aku, ya ALLAH.” ( ayat 6 ). TUHAN bukan hanya mendengar tetapi menjawab. Bahkan Ia menyatakan kasih setia-Nya dengan memelihara umat-Nya seperti biji mata-Nya dan menaungi dengan naungan sayap-Nya ( ayat7-8)Frasa “biji mata” (Ibrani: ishon ayin) melambangkan sesuatu yang paling berharga dan dijaga dengan hati-hati. Sementara “naungan sayap-Mu” mengingatkan pada induk burung yang melindungi anak-anaknya. Hal ini melukiskan keintiman dan keamanan dalam kasih ALLAH. Kedua gambaran ini menunjukkan kedekatan, kasih dan perlindungan total ALLAH. Daud percaya bahwa perlindungan sejati tidak datang dari kekuatan atau strategi manusia, tetapi dari kedekatan dengan ALLAH.Ketika hidup penuh ancaman, doa bukan sekadar kata-kata pelarian, tetapi tempat perlindungan jiwa. ALLAH melindungi umat-Nya sedekat biji mata-Nya, lembut, hati-hati, dan penuh kasih. Iman sejati adalah percaya bahwa TUHAN tetap memelihara kita bahkan ketika situasi tidak menentu.Ingatlah, Perlindungan TUHAN bukan berarti badai berhenti, tetapi hati tetap aman meski badai belum reda.*Refleksi*Dalam keheningan, bayangkanlah Saudara sedang duduk diam di bawah sayap burung besar, teduh, hangat, dan aman. Hembusan angin di luar terasa, tetapi Saudara tahu: tidak ada yang dapat menyentuh Saudara tanpa seizin TUHAN. Diamlah sejenak dan katakan dalam hati: “TUHAN, Engkau melindungiku seperti biji mata-Mu.”*Tekadku*Ya TUHAN, mampukanlah aku untuk selalu tenang di bawah naungan kasih-Mu. Aku percaya Engkau menjaga hidupku hari ini dan selamanya.*Tindakanku*Hari ini, sebelum masuk dalam kesibukan, aku akan berhenti sejenak untuk berdoa. Aku menyerahkan seluruh rencana dan kekhawatiranku kepada TUHAN. Ketika rasa takut datang, aku berkata dalam hati: “Aku aman di bawah sayap-Mu.”

Posted in RENUNGAN | Tagged | Leave a comment

Setia daa hal kecil,Dipercaya dalam hal besar

*Rabu, 5 November 2025**Setia dalam Hal Kecil, Dipercaya dalam Hal Besar**Lukas 19:11-27**Pengantar*Bayangkan seseorang diberi tanggung jawab sederhana: menjaga kas kecil kantor. Karena menganggap remeh, ia sering lupa mencatat atau menggunakan uang untuk kepentingan pribadi. Akibatnya, saat ada kesempatan promosi, ia dilewati karena tidak bisa dipercaya. Begitu pula dalam hidup rohani: TUHAN mempercayakan setiap kita “mina”: waktu, talenta, harta, kesempatan, bahkan pelayanan. Pertanyaannya: apakah kita setia mengelolanya? Bacaan Injil hari ini memandu kita untuk merenungkannya.*Pemahaman*• Ayat 12-25 : Siapa yang digambarkan sebagai tuan dan hamba dalam perumpamaan ini?• Ayat 17,24 : Mengapa sang tuan memuji hamba yang setia, tapi menghukum hamba yang malas?• Apa yang dimaksud “mina” dalam konteks rohani masa kini?• Ayat 26 : Apa pesan TUHAN YESUS tentang tanggung jawab dan kesetiaan melalui kisah ini?Perumpamaan ini disampaikan YESUS menjelang masuk ke Yerusalem, ketika orang banyak mengira Kerajaan ALLAH akan segera dinyatakan (ay. 11). Dia menegaskan bahwa masa penantian sebelum Kerajaan itu genap adalah waktu bagi murid-murid untuk melayani dan bekerja dengan setia, bukan berdiam diri.Tuan menggambarkan KRISTUS yang pergi untuk menerima kerajaan dan akan kembali. Hamba-hamba melambangkan orang percaya yang diberi tanggung jawab rohani. Mina melambangkan segala berkat, kemampuan, dan kesempatan yang TUHAN percayakan kepada kita. Pesannya jelas: kesetiaan diukur bukan dari seberapa besar yang kita punya, tapi dari seberapa sungguh kita mengelola yang kecil. Hamba yang malas dihukum bukan karena ia mencuri, tetapi karena ia tidak melakukan apa pun dengan kepercayaan yang TUHAN berikan.Marilah mengenali “mina” yang TUHAN percayakan pada kita, apakah itu kemampuan, waktu, relasi, pelayanan, pekerjaan atau dalam bentuk lain. Gunakanlah dengan sungguh-sungguh untuk kemuliaan TUHAN. Jadikanlah setiap kesempatan sebagai sarana untuk melayani bukan sekadar menikmati.Sesungguhnya TUHAN tidak menuntut kita menghasilkan hal besar tetapi menuntut kesetiaan dalam setiap hal kecil yang dipercayakan. Suatu hari nanti, Ia akan datang kembali dan menanyakan: “Apa yang kau lakukan dengan yang Ku-percayakan padamu?” TUHAN melihat bukan seberapa banyak yang kita miliki namun seberapa setia kita mengelola atau menggunakanya bagi-Nya. Ingatlah, kesetiaan tidak diukur dari besar kecilnya tugas, tetapi dari hati yang tulus mengerjakannya bagi TUHAN.*Refleksi*Dalam keheningan, berdiamlah sejenak. Marilah merenungkan: Apakah aku sudah mengelola waktu, pekerjaan, pelayanan, dan hubungan dengan tanggung jawab yang sungguh-sungguh? Ataukah aku seperti hamba yang menyimpan mina dalam sapu tangan karena takut, malas, atau tidak peduli?*Tekadku*Ya TUHAN, mampukanlah aku setia dalam hal kecil setiap hari, agar hidupku menjadi berkat dan memuliakan nama-Mu.*Tindakanku*Hari ini aku akan mengerjakan satu tanggung jawab sederhana: di rumah, kantor, atau gereja dengan hati yang sungguh untuk TUHAN, bukan untuk dilihat manusia.

Posted in RENUNGAN | Tagged | Leave a comment

membangum iman tetap teguh

*Selasa, 4 November 2025**Membangun Iman Tetap Teguh**Yudas 1:5-21**Pengantar*Bayangkan seseorang mengikuti navigasi GPS. Ketika sinyal melemah, ia mulai mengikuti perasaan sendiri, belok ke kanan padahal arah sebenarnya ke kiri. Akibatnya ia tersesat. Begitulah hidup rohani kita. Banyak orang awalnya mengikuti “arah” Firman TUHAN, tapi ketika iman melemah dan godaan dunia menguat, mereka mulai menuruti perasaan sendiri. Surat Yudas mengingatkan agar kita tidak tersesat dari kebenaran. Marilah kita merenungkannya. *Pemahaman*• Ayat 5 : Siapakah orang-orang yang diperingatkan oleh Yudas dalam ayat ini?• Ayat 5-16 : Mengapa Yudas menyinggung contoh-contoh dari Perjanjian Lama (Israel, malaikat, Sodom)?• Ayat 17-19 : Apakah yang perlu disadari tentang kondisi menjelang akhir zaman?• Ayat 20-21 : Apa yang harus dilakukan orang percaya agar tetap kuat dalam iman ?Surat Yudas ditulis untuk memperingatkan jemaat terhadap guru-guru palsu yang menyusup ke tengah mereka dan menyalahgunakan kasih karunia ALLAH untuk membenarkan dosa. Yudas mengingatkan bahwa sejak dahulu TUHAN menghukum mereka yang tidak setia, bangsa Israel yang tidak percaya (ay. 5), malaikat yang memberontak (ay. 6), dan kota Sodom yang hidup cabul (ay. 7). Namun di tengah semua itu, orang percaya dipanggil untuk tetap membangun iman, berdoa dalam ROH KUDUS, dan memelihara diri dalam kasih ALLAH (ay. 20–21). Artinya, kita tidak hanya bertahan dari pengaruh dosa, tetapi terus bertumbuh dalam kasih dan kebenaran. Yudas menegaskan bahwa iman sejati harus terus dipelihara. Dunia dan ajaran palsu akan selalu menggoda, tetapi orang percaya dipanggil untuk tetap teguh dalam kebenaran, hidup dalam kasih dan menantikan KRISTUS dengan iman yang murni.Iman sejati tidak hanya dimulai dengan percaya, tetapi dijaga setiap hari dengan hidup dalam kasih ALLAH dan ketaatan kepada Firman. Keteguhan iman kita bangun melalu disiplin rohani. Iman bukan sesuatu yang statis melainkan harus terus dipelihara dalam kasih dan doa. Iman yang tidak dijaga akan padam; kasih yang tidak dipelihara akan dingin. Iman perlu dijaga dari penyesatan. Jangan mudah percaya pada ajaran yang terdengar rohani namun menyesatkan dari kebenaran Firman TUHAN. Ujilah setiap pengajaran dengan Firman TUHAN. Teruslah berakar dalam Firman dan kasih ALLAH. Di tengah dunia yang semakin kompromistis, panggilan orang percaya adalah bertahan dengan iman yang murni. Iman sejati terlihat bukan dari banyaknya pengetahuan namun dari kesetiaan dalam kasih dan perbuatan baik. Ingatlah, kasih karunia ALLAH bukan tiket bebas dosa melainkan kekuatan untuk hidup kudus di tengah dunia yang menyesatkan,*Refleksi*Dalam keheningan, berdiamlah sejenak dan renungkanlah: “ Apakah aku masih membangun imanku setiap hari? Apakah aku masih berdoa dengan sungguh-sungguh dan hidup dalam kasih ALLAH ataukah mulai mengikuti arus dunia yang menyesatkan?”*Tekadku*Ya TUHAN, mampukanlah aku membangun iman yang teguh di tengah arus dunia agar kasih-Mu tetap menjadi arah hidupku.*Tindakanku*Hari ini aku akan memperkuat imanku dengan membaca Firman TUHAN dan berdoa secara konsisten bukan hanya saat butuh pertolongan, tetapi sebagai bentuk kasihku kepada TUHAN.

Posted in RENUNGAN | Tagged | Leave a comment

Dipanggil hidup kudus

*Senin, 3 November 2025**Dipanggil Hidup Kudus**1 Korintus 5:9-13**Pengantar*Bayangkan seseorang yang ingin menjaga ponselnya tetap bersih, tapi selalu diletakkan di meja makan yang penuh remah dan tumpahan kopi. Lama-lama, meskipun ia membersihkan ponsel tiap hari, tetap saja kotor. Begitu juga hidup kita. Bila kita terus bergaul dan berkompromi dengan dosa, lama-lama kita pun ikut tercemar, seperti yang pernah terjadi dalam kehidupan jemaat Korintus. Marilah kita merenungkannya. *Pemahaman*• Ayat 9 -10 : Siapa yang dimaksud Paulus dengan “orang cabul” dalam ayat ini?• Ayat 11 : Mengapa Paulus menegaskan bahwa kita tidak bisa menghindari orang berdosa di dunia ini, tetapi harus waspada terhadap mereka yang mengaku percaya tapi tetap hidup dalam dosa?• Ayat 12 -13 : Apa maksudnya “menghakimi mereka yang ada di dalam jemaat”?Apa tanggung jawab kita terhadap sesama orang percaya yang hidup dalam dosa?Kota Korintus dikenal sebagai kota pelabuhan yang maju dan makmur namun juga penuh dengan praktik amoral dan penyembahan berhala. Jemaat Kristen di sana hidup di tengah budaya yang permisif terhadap dosa seksual dan kompromi moral. Dalam pasal 5, Paulus melakukan teguran keras karena ada anggota jemaat yang hidup dalam dosa percabulan secara terang-terangan namun tidak ditindak oleh gereja. Paulus mengingatkan jemaat Korintus agar tidak berkompromi dengan dosa di dalam gereja. Dunia memang penuh dengan dosa, dan kita tidak bisa sepenuhnya menghindari orang berdosa, tetapi umat TUHAN harus hidup kudus. Gereja dipanggil menjadi komunitas kudus.Hidup kudus bukan berarti menjauh dari dunia, tapi tidak ikut larut dalam dosa dunia. Hidup kudus berarti tetap bersih di tengah dunia yang kotor. Paulus tidak sedang mengajak kita untuk menghakimi dengan sombong, melainkan menegur demi pemulihan. Sesungguhnya menegur sesama orang percaya bukan berarti menghakimi namun tindakan kasih yang bertujuan memulihkan. Gereja yang diam terhadap dosa sedang membiarkan tubuh KRISTUS tercemar. TUHAN memanggil orang-orang percaya untuk hidup memancarkan terang, bukan ikut larut dalam kegelapan. Kita juga dipangil menjadi garam dunia yang harus tetap asin di tengah kebusukan bukan malah ikut membusuk.Kekudusan adalah panggilan dan tanggung jawab orang percaya. Kita tidak boleh membenarkan dosa dengan alasan “kasih” atau “toleransi”. Kasih sejati justru berani menegur dan menuntun pada pertobatan. Rasul Paulus mengingat bahwa kasih dan kekudusan harus berjalan bersama. Ingatlah, kasih tanpa kebenaran melahirkan kompromi; kebenaran tanpa kasih menimbulkan kepahitan. Tapi kasih yang berakar pada kebenaran membawa pemulihan.”*Refleksi*Dalam keheningan, berdiamlah sejenak dan renungkanlah:“Apakah dalam pergaulan, media, atau kebiasaan sehari-hari, ada kompromi kecil terhadap dosa yang ku anggap wajar? Apakah aku masih berani hidup berbeda, kudus, dan murni meski dunia menertawakanku?”*Tekadku*Ya TUHAN, sucikan hatiku dan mampukanlah aku mengarahkan langkah agar aku tetap kudus di tengah dunia yang kotor.*Tindakanku*Hari ini aku akan meninjau kembali satu kebiasaan atau relasi yang menjauhkan aku dari kekudusan dan mulai menggantinya dengan hal yang membawaku lebih dekat pada TUHAN.

Posted in RENUNGAN | Tagged | Leave a comment

Jangan melupakan Tuhan

*Rabu, 29 Oktober 2025**JANGAN MELUPAKAN TUHAN**Yesaya 1 : 1 – 9**PENGANTAR*Tuhan itu dapat digambarkan seperti orang tua yang bertanggung jawab. Dia bagaikan orang tua yang melahirkan, membesarkan dan mengasuh anak-anaknya dengan sangat baik, tidak ada yang kurang, baik kasih sayang, perhatian, didikan, perlindungan dan lain sebagainya.Namun anak-anak-Nya (bangsa Israel), yang dipilih-Nya, dibebaskan-Nya dari Mesir dan dibuat-Nya besar, justru berbalik dari Tuhan. Bangsa Israel yang kelihatannya makmur, bahkan terlihat sangat rohani ternyata justru memberontak, meninggalkan Tuhan dan hidup dalam kejahatan. Bacaan kita hari ini dari Yesaya 1 : 1 – 9 akan merenungkan hal tersebut.*PEMAHAMAN*1. Bagaimana Yesaya menggambarkan umat Israel yang melupakan Tuhan ? (ayat 1- 3)2. Bagaimana Yesaya menggambarkan pemberontakan umat-Nya ? (ayat 4 – 6)3. Bagaimana Yesaya menyampaikan belas kasih Tuhan di tengah bangsa yang memberontak ? (ayat 7 – 9)Nabi Yesaya memulai pelayanan pada akhir masa pemerintahan raja Uzia dan berlanjut pada masa pemerintahan raja Yotam, raja Ahas dan raja Hizkia. Yesaya melayani sebagai nabi pada masa-masa yang penuh gejolak di kerajaan Yehuda. Umat Israel termasuk para pemimpinnya, digambarkan sebagai umat yang memberontak dan penuh dosa, terutama dalam hal ketidakadilan dan penyembahan berhala. Dari bacaan hari ini kita dapat melihat gambaran tentang umat Israel (Yehuda).*Pertama :* Umat Yehuda yang digambarkan sebagai umat yang tidak menghormati dan tidak mengenal Tuhan sebagai Bapanya. Di ayat 2 dikatakan, “Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku”. Bahkan di ayat 3 juga dikatakan, “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak ; Keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya”. Dari sini kita dapat melihat bahwa Yehuda sebagai umat Tuhan justru tidak mengenal Tuhan, mereka tidak taat terhadap perintah-Nya, penuh dengan dosa dan kesalahan serta menistakan nama Tuhan.*Kedua :* Mereka adalah umat yang tidak bertobat. Mereka kerap kali dipukul Tuhan sampai tidak ada bagian yang belum kena pukul namun mereka tetap tidak bertobat sampai-sampai Tuhan bertanya, “Dimana kamu mau dipukul lagi”? (ayat 4-6)*Ketiga :* Mereka tidak menyadari kasih sayang Tuhan (ayat 7-9). Yesaya menggambarkan keadaan Yehuda, negeri mereka menjadi sunyi, putri Sion menjadi seperti pondok di kebun anggur, seperti gubuk di kebun mentimun dan kota yang terkepung, dan jika bukan karena belas kasihan Tuhan, mereka sudah menjadi Sodom dan Gomora. Hal ini mengingatkan umat Israel bahwa jika mereka tidak mendengarkan Tuhan dan tidak bertobat maka mereka akan mendapatkan penghukuman. Penghukuman yang diberikan supaya mereka bertobat dan berbalik kepada Tuhan.Sebagai umat Tuhan, kita harus menyadari bahwa keegoisan kita dan merasa diri hebat serta merasa tidak butuh Tuhan adalah musuh besar yang membuat kita melupakan Tuhan. Biarlah kita belajar menyadari hal tersebut dan kembali kepada Tuhan ketika kita telah meninggalkan-Nya, agar kita luput dari hajaran Tuhan.*REFLEKSI*Marilah kita merenungkan : Kita bersyukur kepada Tuhan, karena Dia memilih kita menjadi anak-anak Tuhan. Oleh sebab itu kita harus hidup taat dan setia beribadah kepada-Nya. Namun, apakah kita benar-benar menjalani hidup dengan taat dan setia? Atau justru kita memberontak dan meninggalkan Tuhan?*TEKADKU*Ya Tuhan, ampunilah saya jika dalam menjalani kehidupan ini saya sering tidak taat dan tidak setia kepada Tuhan. Tolonglah saya untuk mulai taat dan setia kepada-Mu.*TINDAKANKU*Mulai hari ini saya akan setia membaca Alkitab dan taat untuk melakukannya.

Posted in RENUNGAN | Tagged | Leave a comment

kesombongan membawa kehancuran

Selasa, 28 Oktober 2025
KESOMBONGAN MEMBAWA KEHANCURAN ( 2 )
Daniel 5 : 10 – 31

PENGANTAR
Tangan misterius yang menuliskan pesan rahasia di dinding istana Babel, membuat raja Belsyazar sangat ketakutan. Mukanya menjadi pucat, pikirannya sangat gelisah, kakinya lemas, lututnya gemetar (ayat 5-6). Pertanyaannya adalah, apa yang membuat Belsyazar menjadi sangat ketakutan ?

PEMAHAMAN

  1. Apa yang membuat raja Belsyazar menjadi sangat ketakutan ?
  2. Apa yang dilakukan raja Belsyazar untuk mengetahui isi pesan tersebut ?
  3. Apa isi dari pesan yang dituliskan Tangan Misterius di dinding istana raja Belsyazar ? Dan siapa yang menjelaskan makna tersebut ?
  4. Bagaimana respon raja Belsyazar terhadap pesan tersebut ?
  5. Bagaimana pesan tersebut digenapi ?

Fenomena munculnya tangan yang menulis di dinding istana Babel, disaksikan oleh raja Belsyazar ketika ia dan para pembesar kerajaan sedang berpesta pora. Belsyazar menyadari bahwa fenomena munculnya tangan yang menulis tersebut bukan muncul secara kebetulan apalagi ada pesan tulisan yang disampaikan, sehingga membuat raja Belsyazar sangat ketakutan. Saking takutnya maka raja Belsyazar memanggil para tukang jampi, para Kasdim, para ahli nujum namun semua tidak dapat membaca pesan tulisan di dinding tersebut sehingga permaisuri memberitahukan bahwa ada seorang bijaksana yang memiliki hikmat seperti para dewa, yaitu Daniel. Maka Daniel di panggil Belsyazar.

Daniel memberitahu raja Belsyazar bahwa tangan itu “dikirim” oleh Tuhan (tapi bukan tangan Tuhan). Tuhan yang Mahakuasa telah mengirim seorang utusan untuk menuliskan sebuah pesan (prasasti) di dinding istana Belsyazar.
Daniel memberitahu tentang kesombongan raja Nebukadnezar yang tidak bertobat dan mendapatkan penghukuman Tuhan (ayat 18-21). Daniel juga memberitahu kesalahan dan kesombongan raja Belsyazar yang telah dengan ceroboh dan sengaja memakai bejana-bejana suci dari Kemah suci di Yerusalem, untuk minum–minum anggur sampai mabuk, dengan tujuan mencemarkan nama Tuhan Allah Yang Hidup. Dan ketika Tuhan memperingatkan melalui Tangan yang menuliskan pesan di dinding istana Babel, raja Belsyazar TIDAK bertobat.

Sedangkan isi dari pesan tulisan di dinding istana Belsyazar adalah “Mene, mene, Tekel (U) Parsin”. Pesan tersebut berarti :
Mene, mene berarti bahwa Tuhan telah menghitung hari-hari Belsyazar.
Tekel berarti Tuhan telah menimbang Belsyazar dengan neraca dan mendapati dia kurang, ia tidak memenuhi standar Tuhan.
( U ) Parsin berarti secara harafiah terpecah atau terbagi. Artinya kerajaan akan terbagi antara bangsa Media dan Persia.

Itu sebabnya tindakan kesombongan raja Belsyazar yang menghina Tuhan, berujung pada kejatuhannya (kematiannya). Ia dibunuh pada malam itu (ayat 30). Kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi umat percaya agar tidak berlaku sombong, tetapi merendahkan diri di hadapan Tuhan. Karena kesombongan akan membawa kepada kehancuran.

REFLEKSI
Marilah kita merenungkan : Tuhan bisa mengutus siapa saja untuk mengingatkan dosa dan kesalahan kita, termasuk kesombongan. Diperlukan kerendahan hati untuk menerima setiap teguran Tuhan, sehingga tidak berakhir dengan kehancuran. Bagaimana dengan kita? Apakah ketika kita berlaku sombong, kita rela menerima teguran?

TEKADKU
Ya Tuhan, berilah saya hati yang terbuka untuk dapat menerima setiap teguran terhadap kesalahan dan kesombongan.

TINDAKANKU
Saya akan berjuang memiliki hati yang lembut dan terbuka untuk ditegur.

Posted in RENUNGAN | Tagged | Leave a comment

Berada di dalam rumah Tuhan

*JUMAT, 24 OKTOBER 2025**BERADA DI RUMAH TUHAN ADALAH KEBAHAGIAAN**MAZMUR 84:2-7**Pengantar*Mazmur 84 menggambarkan kerinduan pemazmur untuk berada di rumah Tuhan. Bagi pemazmur, tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada hadir di Rumah Tuhan, tempat di mana Allah berdiam dan menyatakan kuasa-Nya. Kebahagiaan itu bukan hanya karena bangunan yang indah, melainkan karena di sanalah umat dapat berjumpa dengan Tuhan, memuji nama-Nya, dan merasakan perlindungan-Nya.*Pemahaman*Ayat 2-3 : Apa yang dinantikan oleh pemazmur?Ayat 4-7 : Apa saja jawaban Tuhan yang disaksikan oleh pemazmur?Dalam ayat 2–3, pemazmur menyatakan kerinduan yang begitu dalam. Ia rindu untuk berada di pelataran Rumah Tuhan, bahkan hatinya bersorak-sorai kepada Tuhan. Kerinduan inilah yang menjadi sumber semangat untuk menempuh perjalanan panjang menuju Rumah Tuhan, sehingga Mazmur 84 menjadi sebuah nyanyian kemenangan ketika orang yang berjuang ternyata mampu menempuh perjalanan yang panjang untuk dapat tiba di Rumah Tuhan. Perjalanannya seperti seorang peziarah yang walaupun berjumpa banyak kesulitan tetapi kerinduan kepada Tuhan membuat mereka tetap melangkah dan tidak mudah menyerah.Ayat 4–7 menunjukkan jawaban Tuhan yang dialami pemazmur. Ia melihat bahwa ada kebahagiaan bagi orang yang tinggal di Rumah Tuhan dan terus memuji-Nya. Bahkan di tengah perjalanan, saat melintasi lembah baka yang kering, umat dapat merasakan penyertaan Tuhan. Tuhan menjadikan lembah itu sebagai tempat yang bermata air, dan hujan pada awal musim menjadi tanda berkat-Nya. Air dan hujan, yang sangat penting bagi kehidupan, menjadi lambang pemeliharaan Allah yang setia. Ketika akhirnya tiba di Rumah Tuhan, pemazmur dipenuhi rasa sukacita, haru, dan kagum. Semua jerih payah selama perjalanan terbayar dengan pengalaman indah, yaitu dapat hadir di hadapan Tuhan dan menikmati keindahan rumah-Nya. Rumah Tuhan adalah tempat perlindungan yang aman, di mana setiap orang merasa diterima dengan sukacita.*Refleksi*Mazmur 84 mengajarkan bahwa berada di rumah Tuhan adalah sebuah kebahagiaan. Di Rumah Tuhan, kita memperoleh kekuatan dalam menjalani hidup, jawaban atas pergumulan kita, dan sukacita yang mendalam. Sama seperti pemazmur, ia mampu menumbuhkan kerinduan untuk selalu berjumpa dengan Tuhan, sebab di hadapan-Nya ada berkat, penghiburan, dan sukacita yang sejati. Rumah Tuhan juga berkaitan dengan situasi bersekutu bersama dengan seluruh umat agar merasakan sukacita di tengah kebersamaan dalam Tuhan. Kebahagiaan itu tidak hanya dialami secara pribadi, tetapi juga dalam kehidupan bersama, ketika umat saling mendukung, saling mendoakan, dan saling menguatkan. Dalam kebersamaan itulah kita merasakan kehadiran Tuhan yang memperlengkapi, sehingga setiap pergumulan hidup menjadi lebih ringan dijalani.Kita diajak untuk memahami bahwa Rumah Tuhan bukanlah bicara sebatas lokasi, tetapi juga tentang sikap hati yang selalu rindu untuk dekat dengan Tuhan. Kita merasakan kebahagiaan bukan hanya karena gedungnya, tetapi juga karena ada kesatuan hati dalam persekutuan-Nya. Seperti seorang pemazmur yang dengan penuh sukacita merespons rasa rindu yang ada pada dirinya, ia menggerakkan dirinya untuk menuju Rumah Tuhan. Begitu pun kita, kita diajak untuk tetap bersandar dan berpegang kepada-Nya. Sebab, Dia selalu ada memberi sukacita untuk kita semua. Rumah Tuhan menjadi nyata ketika umat hidup dalam kasih, damai, dan sukacita yang terpancar dalam relasi dengan sesama.*Tekadku*Tuhan, kami rindu akan Rumah-Mu yang mendatangkan kasih, kedamaian, dan sukacita bagi kami. Untuk itu, mampukanlah kami untuk memelihara persekutuan kami sebagai gereja-Mu di masa kini. Bimbinglah kami agar kami dapat terus mewujudkan kebahagiaan dalam hidup ini.*Tindakanku*1) Saya akan menjadi pribadi yang setia dalam menanamkan kerinduan beribadah kepada Tuhan bersama dengan umat melalui peribadahan atau pertemuan lainnya di gereja.2) Bersama Tuhan, saya akan berjuang untuk menghadirkan kasih, damai, serta sukacita bagi sesama yang saya jumpai pada hari ini.

Posted in RENUNGAN | Tagged | Leave a comment

sepemuhnya tunduk pada Tuhan

*KAMIS, 23 OKTOBER 2025**SEPENUHNYA TUNDUK PADA TUHAN**YEREMIA 14:19-22**Pengantar*Yeremia adalah seorang nabi yang diutus oleh Tuhan di dalam masa pemerintahan Raja Yosia. Yeremia mengalami masa-masa kota Yerusalem dihancurkan. Tentu, masa ini bukanlah masa yang mudah, termasuk bagi Yeremia yang dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan Firman-Nya. Namun, Yeremia memang adalah seorang nabi yang tangguh dan tidak mudah menyerah, sekali pun konteks pelayanan bagi umat Tuhan kala itu begitu sulit untuk dapat memahami proses dari Tuhan.*Pemahaman*Ayat 19 : Apakah Tuhan tidak memperhatikan umat-Nya?Ayat 20-21 : Bagaimana seruan Yeremia berlaku bagi pemulihan umat?Ayat 22 : Apa komitmen Yeremia?Bacaan kali ini berbicara tentang jeritan dari orang-orang yang pada masa tersebut sudah berusaha setia. Mereka adalah umat-Nya yang sudah mengerti bahwa saat meninggalkan Tuhan mereka sedang berdosa di hadapan-Nya. Mereka benar-benar mengerti dan mau hidup dalam pertobatan. Pada bagian sebelumnya, mereka menyatakan pertobatan mereka dan mereka bersedia untuk berjalan dalam proses pemulihan dari hidup penuh dosa menjadi hidup kembali di dalam tuntunan Tuhan. Akan tetapi, mereka menantikan tanda dari proses pemulihan yang sedang mereka jalani. Tanda-tanda yang muncul tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, yaitu orang-orang Yehuda yang merasa tertolak dan merasa dipukul mundur oleh karena mereka tetap berada dalam masa-masa tawanan.Umat Tuhan memahami bahwa mereka pernah melakukan kesalahan dan mereka sudah melakukan pertobatan. Karena itu, mereka belajar untuk semakin merendahkan diri mereka di hadapan Tuhan. Mereka menyadari bahwa pada akhirnya mereka adalah orang-orang berdosa yang bukan pulih karena keinginan sendiri tetapi karena pertolongan dan penyertaan Tuhan. Mereka mengarahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan sambil benar-benar berharap kepada-Nya dan memohon agar Tuhan tidak melupakan janji-Nya.Mereka memahami kalau tidak ada allah yang lain yang dapat diandalkan, hanya Tuhan sajalah andalan mereka. Tuhan yang paling berkuasa atas seluruh kehidupan, termasuk di masa-masa sulit yang saat itu sedang mereka alami. Di tengah kesulitan itu, mereka tidak menyerah dari proses pemulihan. Mereka semakin mengerti, menyerahkan, serta berharap sepenuhnya perjalanan hidup kepada Tuhan, sekali pun saat itu bukan masa yang mudah untuk berharap.*Refleksi*Kesulitan yang dihadapi oleh orang-orang Yehuda yang mengikuti Firman Tuhan dalam tuntunan nabi Yeremia sedang mengalami situasi yang sedang tidak baik-baik saja. Namun, di tengah situasi demikian, mereka tetap menyerahkan sepenuhnya ke dalam Tuhan. Mereka tidak menyerah. Mereka tidak meninggalkan Tuhan. Bahkan, mereka semakin merendahkan diri di hadapan Tuhan dan percaya bahwa harapan selalu ada di dalam Tuhan. Entah apa yang akan terjadi di waktu mendatang, namun mereka mau benar-benar tunduk sepenuhnya tanpa perlu mengetahui apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang, yang penting mereka benar-benar berharap dan percaya kepada Tuhan.Sepenuhnya tunduk kepada Tuhan adalah sebuah tindakan rohani yang dapat kita lakukan dalam kehidupan kita. Kalau kita mau sepenuhnya tunduk kepada Tuhan, kita akan mengerti bahwa Tuhan sedang memberi kesempatan kepada kita untuk mengalami situasi yang tidak mudah agar iman rasa percaya kita kepada-Nya pun dibentuk semakin lebih dewasa. Kita menjadi pribadi yang beriman tangguh. Kita menjadi pribadi yang tidak mudah jatuh oleh karena berbagai tantangan, namun diubahkan menjadi pribadi yang terus siap menjalani kehidupan karena percaya kalau hari ini dan seterusnya Tuhan selalu memberikan harapan.*Tekadku*Tuhan, mampukan kami untuk mengerti setiap rencana-Mu dalam kehidupan kami. Sebab, setiap hari kami mau terus percaya bahwa Engkau selalu menghidupkan harapan bagi kami.*Tindakanku*Saya belajar untuk sepenuhnya merendahkan diri di hadapan Tuhan dengan berserah pada setiap rencana-Nya hari ini dan selamanya.

Posted in RENUNGAN | Tagged | Leave a comment