Bagai benih yang tumbuh

Rabu, 24 April 2024

Kisah Para Rasul 8:1b-8

Pengantar
Pernahkah Saudara menanam benih? Apakah Saudara tahu apa yang terjadi pada biji ketika tertanam di dalam tanah? Benih harus tertutup tanah, seperti benda mati dan tidak lagi berharga, tetapi pada akhirnya biji itu menumbuhkan akarnya ke bawah dan tangkai ke atas sehingga menjadi tanaman yang berbuah. Penganiayaan dan tekanan seolah-olah menjadi cara untuk “membunuh” iman jemaat Tuhan. Tetapi bagai benih yang terkubur dalam tanah, justru orang percaya bertumbuh menjadi kuat merambat dan berbuah bagi Tuhan.

Pemahaman

  • Ayat 1b-3: Apa yang terjadi pada jemaat Tuhan dalam bagian ini?
  • Ayat 4-7: Dampak apa yang dihasilkan dari penganiayaan terhadap anak-anak Tuhan?
  • Ayat 8: Bagaimana hasil akhir dari orang-orang yang mendapatkan berita injil pada bagian ini?

Jemaat Tuhan yang bertumbuh pesat sejak peristiwa Pentakosta mulai meresahkan orang-orang Yahudi. Mereka dianggap sesat karena memberitakan tentang Yesus sebagai Mesias. Dalam pasal sebelumnya sampai ayat 1a pada pasal 8 ini menggambarkan apa yang jemaat awal alami ketika Stefanus yang sudah melayani dengan penuh kuasa ditangkap dan menjadi martir pertama pada Kekristenan. Sejak kejadian itu mulailah penganiayaan hebat pada para pengikut Yesus. Mereka ditangkap, dipenjara, bahkan dianiaya karena iman mereka sehingga banyak yang melarikan diri ke daerah Yudea dan Samaria (ay. 1-3).

Apa yang orang-orang Yahudi lakukan bertujuan membungkam bahkan menghancurkan kekristenan awal itu, namun apakah usaha mereka berhasil? Yang terjadi justru tidak sesuai dengan harapan mereka. Bagian ini mencatat Filipus yang kemudian mengabarkan injil ke daerah Samaria dan membuat banyak orang disana bersukacita. Tentu tidak ada manusia normal manapun yang senang mengalami penderitaan dan kesulitan, tetapi ternyata Tuhan bisa memakai kondisi tersebut tetap untuk menggenapkan rencana-Nya. Dari kejadian itu justru kekristenan menyebar, pertama ke Yudea dan Samaria, kemudian sampai ke negara-negara lain juga, dan sampai ke ujung bumi – sesuai perintah Yesus (lihat: Kisah 1:8, Matius 28:19).

Tantangan pada kekristenan masih berlaku sampai saat ini sekalipun dengan skala yang berbeda. Tantangan yang jauh lebih besar mungkin tidak lagi berkaitan dengan penganiayaan dan kesulitan hidup tapi tantangan melakukan hal yang benar sesuai iman kita di tengah orang-orang yang hidup tidak sesuai firman Tuhan. Seringkali kita tidak berani menyatakan sikap kita sebagai orang percaya karena takut ditolak, takut dianggap terlalu rohani dan akhirnya orang menjauhi kita. Kebenaran bagian ini seharusnya memberikan kita konfirmasi bahwa Tuhan peduli ketika kita mengalami keadaan yang tidak menyenangkan saat melakukan kehendak-Nya. Kalau kita setia, Tuhan bisa memakai kita menjadi alat untuk membawa orang lain percaya kepada Tuhan.

Refleksi :
Apa yang seringkali Saudara lakukan ketika menghadapi tantangan iman? Apakah Saudara berani tetap menyatakan sikap iman, atau cenderung kompromi karena takut pada reaksi orang di sekitar? Jika keteguhan iman saudara bisa melahirkan orang-orang percaya baru, apakah Saudara mau belajar menanggung kesulitan tersebut?

Tekad :
Doa: Tuhan teguhkanlah iman kami sehingga bisa menghadapi tantangan yang muncul ketika melakukan kehendak-Mu. Ampuni jika seringkali kami memilih kompromi sehingga tidak menggunakan kesempatan untuk memperkenalkan Nama-Mu kepada mereka yang belum percaya. Tolong kami bergantung sepenuhnya pada kekuatan dan kuasa-Mu. Dalam nama Yesus kami berdoa, Amin.

Tindakan :
Aku mau belajar berani menyatakan sikap dan melakukan kebenaran sekalipun harus menghadapi tantangan karenanya.

This entry was posted in RENUNGAN. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *