Bukan sekadar status

Kamis, 25 April 2024
BUKAN SEKADAR STATUS
Kisah Para Rasul 8:9-25

Pengantar
Kita pasti terpukau ketika menyaksikan mujizat yang luar biasa dan “pertunjukan” kuasa Illahi: orang sakit disembuhkan, orang lumpuh berjalan, yang buta bisa melihat. Secara tidak langsung, kebanyakan orang bukan takjub melihat kuasa Tuhan, tetapi lebih mengagungkan orang yang kita anggap mendatangkan mujizat tersebut. Maka muncullah kalimat-kalimat seperti, “Kalau pendeta A yang berdoa lebih manjur,” atau “Kalau belum dikunjungi Bapak B rasanya belum mantap.” Tidak heran jika akhirnya banyak orang percaya bahkan hamba Tuhan yang salah fokus dan berusaha memperoleh “karunia-karunia” seperti tu. Tetapi apakah kuasa Tuhan bisa dimanipulasi?

Pemahaman

  • Ayat 9-11: Apa yang Saudara lihat dari bagian ini? Apa yang bisa Saudara pelajari dari karakter Simon?
  • Ayat12-19: Menurut Saudara, apa yang Simon pikirkan tentang kuasa Tuhan? Apa pusat hidup Simon dan bersumber dari mana? (perhatikan kembali ayat 9)
  • Ayat 20-25: Apa isi teguran Petrus kepada Simon? Apa motivasi tindakan Simon (ay. 21&23)? Apa yang menjadi respons Simon terhadap teguran tersebut (ay.24)?

Pemberitaan tentang kasih Tuhan yang menerima dan mengampuni orang berdosa tentu menjadi berita sukacita bagi orang-orang Samaria yang sejak lama dianggap sempalan dan tidak setara dengan orang Yahudi. Mereka juga sama-sama menantikan Mesias dan berita ini ternyata justru disambut baik oleh orang-orang Samaria. Salah satunya Simon, seorang yang sudah lama berprofesi sebagai tukang sihir dan banyak dikagumi karena hal-hal ajaib yang dia kerjakan. Dia dipuja-puja dan membuat dia percaya dirinya penting dan dibutuhkan. Ketika mendengar tentang Injil yang diberitakan Filipus, Simon juga menyambut berita itu.

Kabar pertobatan besar di Samaria membuat Petrus dan Yohanes pergi mendapatkan mereka. Rasul-rasul itu membaptis mereka dan Roh Kudus turun ke atas orang-orang Samaria juga. Ketika melihat karunia-karunia Roh dan bagaimana kuasa Tuhan bekerja dalam diri para rasul, Simon menginginkan hal yang sama dan berpikir akan tampak hebat sehingga mau membayar sejumlah uang untuk mendapatkannya. Petrus menegur Simon yang sekalipun sudah menerima Yesus sebagai Mesias tetapi hatinya belum diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Simon masih menyimpan kebanggaan diri dan keinginan untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Bersyukur Simon mau bertobat dan mendengarkan teguran Petrus.

Banyak orang percaya yang bertahun-tahun punya status sebagai orang Kristen tetapi ternyata kondisi hati dan karakternya masih dikuasai oleh manusia lamanya. Antusias ketika mendengar Firman Tuhan dan aktif dalam pelayanan menjadi seperti pakaian atau atribut yang dikenakan saja. Ternyata Tuhan tidak menghargai status dan aktivitas rohani, tapi Dia berkenan kepada karakter yang diserahkan untuk dibentuk. Tuhan memberi anugerah supaya kita percaya bukan sekadar untuk menerima janji keselamatan bagi diri kita sendiri tetapi untuk menjadi berkat dan membawa banyak orang untuk mengenal-Nya.

Refleksi :
Bagaimana Saudara melihat diri sendiri ketika merenungkan bagian Firman Tuhan ini? Kita mungkin sangat mudah menceritakan pengalaman perjumpaan pribadi dengan Yesus bertahun-tahun yang lalu, tetapi bagaimana dengan pengalaman pertumbuhan karakter kristiani kita? Apakah kita bisa mengingat pengalaman ketika Tuhan dengan jelas menegur dosa dan kesalahan kita, mendidik kita dengan keras? Bagaimana karunia-karunia rohani yang Tuhan berikan itu kita gunakan dalam komunitas orang percaya? Apakah kita sungguh-sungguh menggunakannya untuk melayani Tuhan atau masih terselip banyak hal untuk keuntungan diri kita sendiri?

Tekad :
Doa: Tuhan ampunilah kami jika selama ini Engkau menjumpai kami mengambil keuntungan dari status sebagai orang percaya. Kami senang dengan anggapan orang sebagai seorang yang punya banyak karunia dan bisa menjadi berkat. Kami lupa bahwa sesungguhnya Engkaulah yang layak menerima pujian dan hormat. Tolong kembalikan kami pada kehendak dan rencana-Mu. Amin.

Tindakan :
Aku mau mengintrospeksi diri pada status, cara ibadah dan pelayananku, apakah semua itu untuk keuntungan diriku sendiri atau untuk kemuliaan bagi nama Tuhan? Aku mau belajar hidup dengan tulus dan benar pada hidup pengiringanku pada Tuhan.

This entry was posted in RENUNGAN and tagged . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *