RABU, 1 MEI 2024
TINGGAL DAN PERGI DALAM DAMAI
YOHANES 14:27-31
Pengantar
Bacaan Injil yang menjadi bagian dalam perenungan pada hari ini merupakan bagian dari percakapan Yesus bersama para murid-Nya pada saat perjamuan malam terakhir. Di dalam perjamuan malam terakhir itu, Yesus memberikan pesan kepada para murid-Nya sebab Yesus mengetahui tentang tantangan yang akan mereka hadapi seusai malam tersebut. Yesus, yang kemudian mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa manusia, tidak mudah dipahami oleh para murid yang masih menginginkan Yesus selalu berada di sisi mereka.
Pemahaman
Ayat 27 : Apakah maksud dari perkataan Yesus?
Ayat 28-29 : Bagaimana Yesus menyatakan penyertaan-Nya?
Ayat 30-31 : Apakah tujuan Yesus menghadirkan damai sejahtera?
Yesus memberitakan tentang damai sejahtera kepada para murid. Rupanya, damai sejahtera merupakan pesan yang sejak awal ingin dibawa oleh Yesus dalam kehidupan mereka. Yesus menunjukkan bahwa ketika para murid bersedia untuk taat kepada-Nya, Yesus menghadirkan damai sejahtera di dalam kehidupan mereka. Kalimat “damai sejahtera Kutinggalkan bagimu”, merujuk pada tindakan Yesus yang memahami bahwa ketika Yesus pergi meninggalkan mereka, maka kegelisahan dan kegentaran bisa saja menyelimuti hati, pikiran, serta tindakan mereka. Akan tetapi, dengan adanya damai sejahtera dari Yesus maka para murid akan menemukan ketenangan dalam kehidupan para murid yang tidak lagi membuat mereka gelisah dan gentar.
Yesus juga memperjelas relasi-Nya dengan Allah Bapa. Di hadapan para murid-Nya, Yesus menegaskan tentang kepergian-Nya kepada Allah Bapa. Dalam hal ini, Yesus sedang menjelaskan penderitaan dan kematian-Nya yang akan datang, namun juga sekaligus membawa berita sukacita atas kebangkitan sebagai makna pengampunan dosa yang menyelamatkan umat manusia. Dari sinilah, Yesus pun menasehatkan para murid-Nya agar mereka menjadi percaya. Jika merujuk pada bahasa Yunani, maka kata yang dipakai adalah “pisteuo”, yang berarti bukan hanya sekadar percaya karena melihat tetapi juga menjadi percaya dan bertumbuh dalam iman. Ini berarti, Yesus sedang mengajak para murid-Nya untuk menghidupi pesan akan keselamatan yang dihadirkan Yesus melalui segala peristiwa yang akan Dia hadapi.
Yesus menyampaikan semua pesan ini dengan tujuan agar dunia mengetahui akan hal ini. Itu berarti, nasehat Yesus tidak hanya berhenti kepada para murid, namun kesetiaan serta ketaatan para murid dalam memahami penyertaan Yesus yang menyeluruh memampukan mereka untuk menunjukkan dan menjadi saksi-Nya di tengah dunia. Maka dari itu, sekalipun Yesus sudah meninggalkan damai sejahtera-Nya bagi para murid, mereka diajak untuk bangun dan pergi untuk menyatakan damai sejahtera itu dalam kehidupan mereka.
Refleksi
Mari kita merenungkan 2 (dua) hal berikut ini:
• Pertama, damai sejahtera ditinggalkan oleh Yesus dalam kehidupan setiap orang percaya. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa damai sejahtera itu telah ada dalam hati dan pikiran kita. Untuk itulah setiap orang yang percaya kepada-Nya, pikiran dan tingkah lakunya tidak lagi dipenuhi dengan ketakutan atau kekuatiran, namun dipenuhi dengan ketenangan dan keberanian menghadapi berbagai rintangan kehidupan.
• Kedua, damai sejahtera harus bisa dirasakan oleh orang-orang yang ada di sekitar kita. Dengan kata lain, Yesus menginginkan agar damai sejahtera itu mampu ditunjukkan kepada mereka yang berjumpa dengan kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik di dalam kehidupan bersama keluarga, relasi dengan orang-orang lain, juga dalam aktivitas kita setiap hari. Semakin kita mampu merasakan dan mengaplikasikan damai sejahtera, maka kita semakin bertumbuh dalam iman.
Tekadku
Tuhan yang penuh kasih, kami rindu untuk merasakan damai sejahtera yang Engkau hadirkan dalam kehidupan kami, sehingga kami pun mampu menghadirkan damai sejahtera-Mu dalam kehidupan kami setiap hari.
Tindakanku
Dengan damai sejahtera dari Yesus, saya akan menjalani hari ini dengan penuh kesabaran, ketenangan, dan berupaya menghadirkan senyuman bagi orang-orang yang saya jumpai.