Pentingnya berhenti

Senin, 27 Mei 2024
Pentingnya Berhenti
Keluaran 31:12-18

Pengantar
Di dunia yang serba cepat sekarang ini, manusia sulit untuk memahami arti kata “berhenti”. Banyak orang yang merasa bersalah, merasa aneh ketika harus berhenti dan tidak melakukan apa-apa. Tidak heran, semakin banyak orang menjadi workaholic, kelelahan, stress, dan bisa berakhir dengan depresi. Dari bangun tidur sampai malam, manusia disibukkan dengan berbagai hal yang serba cepat dan berhenti membuat manusia seperti kehilangan arah dan merasa tertinggal. Padahal Tuhan merancang manusia untuk berhenti sejenak supaya hidup menjadi seimbang.

Pemahaman
Ayat 13-14: Dalam bagian ini, apa arti Sabat sebenarnya bagi umat Tuhan?
Ayat 16: Siapa saja yang wajib mengikuti Sabat? Sebenarnya siapa yang melakukan Sabat pertama kali (perhatikan ay. 17; bandingkan Kel. 20:8-10)?

Membaca bagian ini mungkin membuat kita berpikir, mengapa Tuhan memandang hari perhentian sebagai sesuatu yang sangat penting? Tuhan memperingatkan dengan keras umat yang melanggar peraturan Sabat. Di ayat 13, Tuhan memerintahkan orang Israel untuk memelihara perintah ini turun temurun sehingga semua keturunan Israel mengetahui Dialah Tuhan yang menguduskan mereka.

Israel dipilih untuk menjadi umat yang khusus bagi Tuhan, sehingga hidup mereka tidak boleh sama dengan bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan. Memperingati Sabat berarti meneladani Tuhan sendiri yang bekerja selama enam hari dan beristirahat di hari ketujuh. Tuhan berhenti di hari Sabat untuk memberikan berkat bagi segala karya tangan-Nya. Umat Tuhan berhenti dari segala pekerjaannya untuk mengingat semua pekerjaan Tuhan dan mensyukuri semua berkat-berkat-Nya.

Hari perhentian bukan hanya untuk berhenti dan tidur sepanjang hari, tetapi untuk mengingat kebaikan-kebaikan dan berkat Tuhan sepanjang enam hari yang sudah lewat. Kesadaran bahwa hidup kita bergantung sepenuhnya kepada Tuhan seharusnya membuat kita paham bahwa satu hari yang bisa kita lewati itu adalah bukti kasih Tuhan bagi kita. Masa sekarang banyak didengungkan tentang self love atau self care, sehingga banyak orang memberi apresiasi pada diri sendiri setelah berhasil melakukan pekerjaan selama seminggu. Tetapi seringkali manusia lupa memberi apresiasi kepada Tuhan yang sebenarnya memampukan kita melewati semuanya. Kita dengan mudah mengeluarkan dana yang besar untuk pijit, membeli makanan atau barang yang kita suka untuk self reward, tetapi berapa banyak yang rela kita berikan untuk Tuhan. Di hari Sabat, kita berkata yang penting sudah ke gereja, selebihnya hak saya. Kita justru melelahkan diri untuk bersenang-senang sehingga kehilangan maksa Sabat yang sesungguhnya.

Refleksi :
Bercermin dari bagian ini, apakah selama ini kita sudah memperingati Sabat dengan tepat? Apakah kita sungguh-sungguh memberi diri berhenti dari segala hal yang menyita hati dan pikiran kita, dan memberikannya kepada Tuhan? Seperti baterai HP yang perlu untuk recharge demikian juga kita perlu terhubung dengan Tuhan dan mendapatkan pemulihan. Tuhan mengkhususkan hari Sabat untuk berelasi dengan manusia, apakah kita sudah melakukan hal yang sama? Di dunia yang sibuk dan serba cepat, apakah Saudara masih bisa berhenti?

Tekad :
Doa: Bapa surgawi, ampuni saya yang sering merasa diri hebat sehingga membanggakan diri sanggup melakukan segala sesuatu. Saya lupa bahwa Engkau menunggu saya berhenti sejenak dari semuanya dan terhubung dengan Engkau, Pencipta yang mengasihi saya. Amin.

Tindakan :
Saya mau belajar menggunakan Sabat dengan pemahaman yang benar. Saya mau belajar melihat dan mengakui kapasitas diri dan mengakui kebutuhan Saya akan pertolongan Tuhan.

This entry was posted in RENUNGAN and tagged . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *