Jumat, 5 Juli 2024
KETIKA TUHAN BERPALING
Yeremia 7:29-34
Pengantar
Ingatkah waktu kita kecil, ketika orang tua marah karena kenakalan yang kita lakukan? Mana yang Saudara pilih: orang tua marah dan memberikan nasihat panjang lebar bahkan memberikan hukuman kepada kita, atau orang tua mendiamkan kita? Kebanyakan orang akan memilih yang pertama, kenapa? Didiamkan, tidak dianggap, itu bentuk hukuman yang paling menyiksa karena kita akan merasa disingkirkan, tidak dianggap ada, dan itu jauh lebih berat daripada mendengarkan omelan orangtua. Sekalipun mendengar omelan itu tidak menyenangkan, setidaknya jauh lebih mending karena menandakan orang tua masih menganggap dan menyayangi kita.
Pemahaman
Ayat 29 : Mengapa Tuhan memerintahkan Yehuda untuk mencukur rambut mereka?
Ayat 30-31 : Apa yang Yehuda lakukan sehingga Tuhan murka terhadap mereka?
Ayat 33-34 : Apa yang Saudara pikirkan terhadap hukuman yang akan Tuhan berikan kepada Yehuda? Mengapa Tuhan memberikan hukuman seberat itu?
Bangsa Yehuda melecehkan dan menolak kedaulatan Tuhan dengan terang-terangan mendirikan bukit pengorbanan di lembah Ben-Hinom bahkan mempersembahkan anak mereka kepada dewa Molokh (Yer. 32:35). Mereka masih melakukan ibadah kepada Tuhan dengan berpikir itu cukup membuat Tuhan tenang. Akibatnya Tuhan berpaling dan menolak mereka. Yehuda kehilangan identitasnya sebagai bangsa pilihan. Perintah untuk mencukur rambut (ay. 29) menjadi lambang bangsa itu sudah najis di hadapan Tuhan. Akibat kedua adalah mereka akan mengalami kengerian karena bukit-bukit pengorbanan itu pada akhirnya justru menjadi tempat pembuangan mayat mereka (ay. 32-33). Kehidupan bangsa yang tadinya ditandai suara kegirangan dan perayaan akan lenyap (ay. 34). Hal ini menjadi hukuman untuk mereka melihat bahwa dewa yang mereka puja itu tidak sanggup menolong, dan Tuhan yang menyelamatkan undur dari kehidupan bangsa ini. Memang kita tidak menyembah dewa-dewa, tetapi dalam bentuk modern, manusia terjatuh dengan “menyembah” karier, uang, kekuasaan. Banyak orang-orang mengorbankan keluarga, anak, kehidupan rohani demi mendapatkan semua itu.
Refleksi :
Apa yang kita tempatkan lebih dari Tuhan? Apakah kita menggantikan tempat Tuhan demi hal-hal yang kita inginkan. Apakah kita dijumpai mengorbankan anak-anak kita demi mengutamakan karir dan posisi kita? Dapatkah kita membayangkan jika Tuhan akhirnya berpaling karena menjumpai kita menggeser Dia dari posisinya sebagai Tuhan dalam hidup kita? Apa yang menjadi berhala “modern” dalam hidup Saudara?
Tekadku :
Doa: Bapa surgawi, kami akui kalau seringkali kami tidak menempatkan Engkau dalam posisi sebagai Tuhan yang berkuasa dan berdaulat dalam hidup kami. Ampuni kami jika Engkau tidak menjadi yang utama dalam kehidupan kami. Tolong kami untuk bertobat dan kembali menjadi umat yang sesungguhnya. Dalam Yesus Tuhan kami, kami berdoa. Amin.
Tindakanku :
Saya mau belajar bertanya kepada Tuhan pada setiap keputusan yang harus saya buat pada hari ini dalam kesadaran bahwa Tuhanlah yang tahu apa yang terbaik bagi hidup saya.