Sabtu, 6 Juli 2024
KEKUATAN DALAM KELEMAHAN
2 Korintus 12:2-10
Pengantar
Pernahkah kita merasa lemah dan tidak mampu menghadapi tantangan hidup? Pernahkah Anda meragukan kemampuan Anda dan merasa tidak berarti? Renungan hari ini, berdasarkan 2 Korintus 12:2-10, membawa pesan pengharapan bahwa Allah justru memberikan kekuatan-Nya yang sempurna dalam kelemahan kita.
Pemahaman
ay. 1-6 : Siapakah yang diceritakan rasul Paulus dalam bagian ini?
ay. 7-10 : apakah yang dimaksud rasul Paulus dengan istilah “duri di dalam daging”? Apa pula dampak dari duri dalam daging itu terhadap kehidupan Paulus?
Dalam ayat-ayat ini, Rasul Paulus menceritakan tentang pengalamannya diangkat ke sorga dan melihat hal-hal yang tidak terkatakan. Pengalaman tersebut tentu membanggakan. Akan tetapi Paulus menegaskan bahwa semuanya itu bukanlah alasan untuk membanggakan diri. Dengan tidak memegahkan diri, Paulus menunjukkan kepada pembacanya bahwa iman yang sejati bukan tentang mencari pengalaman luar biasa, tetapi tentang percaya dan berserah kepada Allah. Hal itu juga berarti Paulus ingin mengarahkan fokus dirinya, dan tentu saja pembacanya, kepada Allah, bukan pada dirinya sendiri. Paulus ingin jemaat Korintus. Demikian pula halnya dengan Allah. Sebab pada bagian berikutnya Paulus berbicara tentang duri di dalam daging.
Apa yang dimaksud dengan “duri di dalam daging” tersebut sebenarnya tidak pernah dijelaskan secara spesifik. Berbagai pendapat para ahli kitab umumnya merujuk kepada pengertian simbolis, di mana duri dalam daging itu merujuk kepada pergumulan rohani Paulus yang sedang berjuang melawan keinginan daging. Namun demikian ada banyak juga para ahli kitab yang menghubungkan hal ini dengan cara Paulus yang menulis dengan huruf besar-besar (Gal. 6:11). Meskipun terdapat perbedaan pendapat tentang apa yang dimaksud dengan duri dalam daging itu, para ahli kitab sepakat bahwa duri dalam daging itu dimaksudkan Allah untuk menjaga Paulus agar tidak memegahkan diri dengan berbagai pengalaman dan keberhasilannya, serta terus bergantung kepada Allah. Hal ini juga ditegaskan oleh Paulus sendiri dengan menceritakan pengalamannya bergumul bersama dengan Tuhan sehingga Tuhan berkata, “Cukuplah kasih karunia-Ku kepadamu. (2Kor.12:9)
Refleksi :
Melalui pengalamannya, Paulus belajar bahwa kekuatan Allah tidak terikat pada kemampuan manusia, tetapi justru dinyatakan dalam kelemahan kita. Ketika kita merasa lemah dan tidak berdaya, justru di saat itulah Allah menunjukkan kuasa-Nya yang sempurna untuk menopang dan mengangkat kita. Lalu, bagaimana dengan kita? Betapa banyaknya kelemahan dan keterbatasan kita yang kita gunakan untuk enggan terlibat lebih lagi di dalam pelayanan? Bagaimana kita biasanya merespon kelemahan tersebut? Apakah kita percaya bahwa Allah dapat menggunakan kelemahan kita untuk sesuatu yang indah?
Tekadku :
Doa: Bapa surgawi, saya lemah dan mau berserah kepada-Mu. Saya percaya bahwa Engkau dapat menggunakan kelemahan saya untuk memuliakan nama-Mu dan menunjukkan kuasa-Mu yang sempurna dalam hidup saya, Amin.
Tindakanku :
Hari ini, aku akan memilih untuk tidak fokus pada kelemahanku, tetapi pada kekuatan Allah yang bekerja dalam diriku. Aku akan bersyukur atas setiap kesempatan untuk menunjukkan kasih-Mu kepada orang lain, bahkan dalam kelemahanku.