Dunia membenci Yesus

RABU, 10 JULI 2024
DUNIA MEMBENCI YESUS
YOHANES 7:1-9

Pengantar
Kebencian adalah emosi negatif yang sangat kuat terhadap sesuatu atau juga seseorang. Kebencian dapat muncul dalam bentuk rasa tidak suka yang mendalam, kemarahan, atau permusuhan yang bisa memengaruhi cara seseorang dalam berpikir, merasa, dan juga menentukan tindakan terhadap hal yang dibencinya. Kebencian dapat memicu tindakan kekerasan serta berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosional seseorang.

Pemahaman
Ayat 1-5 : Apa yang terjadi di Yudea?
Ayat 6-9 : Mengapa dunia membenci Yesus?

Dunia membenci Yesus. Itulah inti dari Injil Yohanes yang disampaikan kepada kita pada hari ini. Kebencian dunia kepada Yesus sudah bermula sejak kehadiran-Nya pertama kali di tengah dunia. Sebab, dunia ini sudah merasa memiliki kebenarannya sendiri. Sayangnya, kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran-kebenaran yang secara sengaja dibuat untuk memihak kepada kelompok kepentingan tertentu. Sikap itulah yang memang ditampilkan oleh para pemuka agama, pemimpin-pemimpin orang Yahudi, orang Farisi, ahli Taurat, dan orang-orang yang hidup dalam kepentingan kebenaran mereka di masa Yesus melayani di dunia. Hal ini sudah tercantum dalam bagian-bagian perikop sebelumnya di Injil Yohanes. Yesus pernah menegur para pemuka agama dan para pedagang ketika mereka menjadikan Bait Suci sebagai tempat berjualan (Yoh.2:14-16). Yesus pernah menyatakan bahwa manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, dan yang berbuat jahat membenci terang itu (Yoh.3:19-20). Yesus juga sudah pernah mengajarkan tentang penghakiman Allah yang dilandaskan pada kebenaran penyataan karya keselamatan (Yoh.5:32-35). Oleh sebab itu, Yesus tidak ingin tinggal di Yudea karena orang-orang Yahudi tidak suka akan kebenaran sejati yang diajarkan oleh Yesus dan juga waktu-Nya belum genap.

Beberapa penafsir menuliskan bahwa pernyataan saudara-saudara Yesus sesungguhnya didasarkan pada keinginan mereka untuk mengadakan pemberontakan terhadap semua hal yang tidak benar. Pemahaman mereka yang terbatas akan keilahian Yesus membuat mereka lebih menganggap Yesus hanya sebagai “orator” kebenaran yang baru, dan bukan sebagai Tuhan dan Juruselamat, sehingga mudah bagi mereka untuk memprovokasi Yesus agar Yesus segera melakukan tindakan nyata memberontak terhadap segala aturan yang ada. Namun, Yesus menolak itu semua. Penolakan Yesus didasarkan pada cara-Nya untuk mengatasi kebencian dunia, yaitu dengan berdasar pada kasih Allah. Sebab, Yesus adalah Sang Terang. Maka dari itu, kita memang akan melihat Yesus yang tetap setia mengajarkan kebenaran Ilahi yang datangnya dari kasih Allah dengan berdasar pada jalan keselamatan yang Allah hadirkan di tengah kehidupan manusia.

Refleksi
Yesus sedang mengajarkan kepada kita cara untuk mengatasi kebencian yang terjadi di dalam kehidupan kita. Sangat mungkin terjadi di dalam kehidupan kita, apabila suatu saat kita merasakan kebencian atau juga ketika kita dibenci orang lain oleh karena kebenaran yang ada. Belajar dari tindakan Yesus ketika Ia dibenci, Yesus tidak melakukan provokasi atau tindakan balas dendam terhadap orang-orang yang membenci-Nya. Akan tetapi, Yesus tetap mendasarkan sikap-Nya dalam kasih Allah. Hal ini dapat kita lakukan di dalam kehidupan kita, sehingga kasih Allah menolong kita dalam mengurangi keinginan untuk membalas rasa benci dengan kejahatan. Kita juga diajarkan untuk tetap melakukan kebenaran yang didasarkan pada Firman Tuhan di tengah kehidupan kita. Yesus juga menolong kita untuk mengatur perasaan benci apabila perasaan itu muncul di dalam kehidupan kita. Yesus mengajarkan untuk mengutamakan hidup dalam terang Allah, bukan hidup yang dikuasai oleh kebencian. Secara sederhana, kebencian bukanlah pilihan emosi dan bukan pilihan tindakan seorang yang percaya. Itulah yang akan membedakan sikap mereka yang percaya. Kita yang adalah orang-orang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, akan berupaya menghindari kebencian dan hidup dalam kedamaian kasih Allah.

Tekadku
Tuhan, ajarkanlah kami untuk selalu mengutamakan kasih-Mu dalam segala peristiwa hidup kami.

Tindakanku
• Jika saya masih menaruh benci pada orang lain, saya akan mendoakan semua yang terbaik untuk kehidupannya.
• Jika saya dibenci orang lain, saya tidak akan membalas kebenciannya, namun tetap berperilaku baik kepada orang yang membenci saya.

This entry was posted in RENUNGAN and tagged . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *