Rabu, 17 Juli 2024
MERENDAH DI HADAPAN ALLAH
2 Samuel 6 : 16 – 23
Pengantar
Ada ekspresi sikap berupa gerakan atau kata-kata yang mungkin tidak biasa dilakukan oleh semua orang ketika dalam suasana suka atau duka. Namun apakah jika hal itu terlihat “aneh” atau tidak biasa kita lakukan maka hal itu menjadi sesuatu yang merendahkan diri orang yang melakukannya?
Bagaimana jika ekspresi sikap itu dilakukan di hadapan TUHAN? Dalam kitab 2 Samuel 6 : 16 – 23 yang kita baca hari ini, diperlihatkan tentang wujud ekspresi sikap dan penghayatan Daud ketika menyambut kehadiran tabut ALLAH dengan meloncat dan menari-nari, serta bagaimana Mikhal memandang hal tersebut. Jadi mari kita memperhatikan dan merenungkannya secara baik.
Pemahaman
Ayat 16 – 19 : Apa yang terjadi ketika tabut ALLAH masuk ke kota Daud?
Ayat 20 – 23 : Bagaimana sikap Daud terhadap Mikhal yang memandang rendah dirinya?
Ketika tabut ALLAH masuk ke kota Daud, maka Mikhal, melongok dari jendela dan melihat Raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan ALLAH sehingga ia menghina Daud dalam hatinya. Tabut ALLAH kemudian diletakkan di tempatnya, dan setelah itu Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di hadapan ALLAH, lalu ia memberkati bangsa Israel itu dalam nama TUHAN semesta alam, dilanjutkan dengan membagikan kepada seluruh bangsa itu, masing-masing satu roti, sekerat daging, dan sepotong kue kismis sebelum mereka pulang. Ini memperlihatkan betapa Daud sungguh bersukacita di hadapan ALLAH dan mempersembahkan kurban-kurban yang berkenan kepada ALLAH serta berbagi berkat bagi umat-NYA.
Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal mendapatkan Daud dan merendahkan suaminya itu karena tarian yang dilakukannya. Tetapi Daud berkata kepada Mikhal bahwa sesungguhnya ia menari-nari di hadapan ALLAH yang telah menjadikannya pemimpin atas Israel, umat-Nya, bahkan lebih daripada itu, ia akan merendahkan dirinya sehingga ia menjadi rendah di matamu. Pada akhirnya Mikhal justru yang dipandang rendah karena tidak mendapat anak sampai ajalnya.
Sesungguhnya ekspresi sikap di hadapan ALLAH dengan meloncat dan menari itu bukan sesuatu hal yang hina apalagi jika hal itu dilakukan di tempat dan suasana yang tepat. Ini seperti ketika kita bersujud badan sampai dahi kepala menyentuh tanah kepada ALLAH atau ketika kita menangis terisak-isak karena menyesali dosa yang kita lakukan. Jadi sikap mau merendahkan diri di hadapan ALLAH bukanlah sesuatu hal yang hina, jika kita berfokus untuk memuliakan-Nya.
Refleksi
Kini marilah kita merenungkan:
• Apakah kita pernah berekspresi sikap tertentu, tanpa merasa malu, di hadapan TUHAN?
• Apakah kita pernah merendahkan orang lain yang berekspresi sikap tertentu di hadapan TUHAN?
Tekadku
Ya TUHAN, jadikan aku sebagai pribadi yang dapat hidup merendahkan diri di hadapan-Mu.
Tindakanku
Mulai hari ini aku akan terus menunjukkan ekspresi sikap yang memuliakan TUHAN melalui berbagai wujud gerakan dan kata-kata yang berkenan kepada-Nya.