SABTU, 10 MEI 2025
PUJIAN, PENYEMBAHAN, DAN PANGGILAN
WAHYU 7:10-12
Pengantar
Keselamatan yang dari Tuhan seharusnya memantik respons yang nyata dalam hidup manusia. Namun dalam kenyataannya, respons itu begitu beragam. Ada yang menanggapi dengan syukur yang mendalam, lalu memilih hidup dalam kebenaran sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Tuhan. Ada pula yang bersyukur, namun tak melangkah lebih jauh dan hidupnya tak berubah, tetap berjalan tanpa arah yang jelas. Ada juga yang merasa tak perlu percaya kepada Tuhan secara utuh, selama ia merasa telah berbuat baik dan benar menurut standar dirinya sendiri. Bahkan tak sedikit yang meragukan atau menolak karya keselamatan Kristus sama sekali, seolah pengorbanan-Nya tak lagi relevan di zaman ini.
Di tengah keragaman sikap manusia, Wahyu 7:10–12 memperlihatkan satu gambaran surgawi yang kontras dan penuh harapan: umat yang ditebus bersatu dalam pujian yang lantang, penyembahan yang dalam, dan hidup dalam panggilan yang mulia, yaitu memuliakan Allah dan Anak Domba, Sang Juru Selamat.
Pemahaman
Ayat 10 : Apa maksud seruan itu?
Ayat 11 : Mengapa malaikat juga turut sujud kepada-Nya?
Ayat 12 : Apa maksud ungkapan yang disampaikan oleh seluruh umat-Nya?
Dalam penglihatan Yohanes, ia menyaksikan sekumpulan orang banyak yang menyembah kepada Tuhan, mereka berseru dan memuji nama-Nya. Pujian ini merupakan pengakuan yang keluar dari hati yang telah merasakan penyelamatan secara nyata. Seruan ini lahir dari pengalaman keselamatan dari kegelapan menuju terang, juga dapat diartikan dari maut kepada hidup. Hal ini menjadi hampir serupa dengan karya pengorbanan Yesus yang bangkit mengalahkan maut.
Di sisi lain, semua seruan itu bukan hanya bertujuan untuk memuji Tuhan tetapi juga merespons setiap pemulihan yang sudah Dia kerjakan di dalam kehidupan. Umat Tuhan menyembah karena memiliki kesadaran bahwa keselamatan bukan hasil upaya sendiri, melainkan anugerah penuh dari Tuhan melalui Anak Domba, yaitu Yesus Kristus. Di hadapan takhta, mereka tidak menyombongkan diri, melainkan sujud menyembah bahwa segala pujian atas keselamatan hanya layak bagi Tuhan.
Seluruh umat menyembah Tuhan. Tindakan ini menunjukkan bahwa kemuliaan dan kekuasaan Tuhan sedemikian besar, lebih besar dari yang dipikirkan dan diukur oleh manusia, sehingga para malaikat juga ikut untuk menyembah Dia. Kuasa-Nya tidak terbatas. Umat Tuhan pun sadar bahwa pada akhirnya mereka juga turut dalam satu panggilan kudus yang dikerjakan oleh Tuhan selama-lamanya. Ini adalah buah dari pujian dan penyembahan, yaitu mendasarkan seluruh karya-Nya sebagai panggilan yang harus diupayakan di tengah kehidupan.
Refleksi
Memuji, menyembah, dan hidup dalam panggilan Tuhan bukanlah aktivitas yang terbatas pada ruang ibadah atau waktu tertentu saja. Sesungguhnya, pujian, penyembahan, dan panggilan itu adalah respons dan cara hidup kita yang seharusnya dapat terus diwujudkan dalam setiap sisi kehidupan kita. Di tengah keluarga, kita dapat memuji, menyembah, dan mewujudkan panggilan-Nya lewat ungkapan syukur, saling menopang, mengampuni, dan menunjukkan kasih Kristus. Di tengah pekerjaan, kita dapat memuji, menyembah, dan mewujudkan panggilan-Nya lewat berkarya dalam ketekunan, kejujuran, dan mampu menyelesaikan setiap persoalan yang kita jumpai. Di dalam pelayanan, keinginan untuk memuji, menyembah, dan merasakan panggilan-Nya adalah bukti bahwa kita benar-benar sedang melayani dan berupaya memberikan yang terbaik untuk kemuliaan nama-Nya. Ketika hidup kita dipenuhi oleh kesadaran akan keselamatan yang besar dari Tuhan, kita pasti bersemangat dalam merespons anugerah itu dengan pujian, penyembahan, dan kesetiaan kepada panggilan-Nya.
Tekadku
Tuhan yang penuh kasih, bimbinglah kami agar kami dapat menemukan dan meningkatkan semangat kami dalam memuji, menyembah, dan menyambut panggilan-MU dalam keseharian kami.
Tindakanku
Saya akan mengingat 1 (satu) hal yang membuat saya semakin semangat dalam memuji, menyembah, dan menyambut panggilan-Nya dan mensyukurinya dalam doa kepada Tuhan.