Senin, 6 Oktober 2025
BAHAGIA DI TENGAH PENCOBAAN
Yakobus 1:2-11
Pengantar
Surat Yakobus ditulis untuk semua orang Kristen yang tersebar di berbagai wilayah. Saat itu para pengikut Kristus sedang menghadapi berbagai tekanan dan penganiayaan. Oleh karenanya, surat Yakobus banyak menekankan tentang bagaimana menyatakan iman yang benar dalam berbagai situasi. Selain itu, penulis surat juga memberikan semangat atau dorongan agar para pembacanya dapat berhikmat dalam menjalani kehidupan.
Pemahaman
• Ayat 2-3 : Mengapa Yakobus mengajak para pembaca suratnya agar menganggap pencobaan sebagai suatu kebahagiaan?
• Ayat 6-8 : Bagaimanakah Yakobus menggambarkan orang-orang yang bimbang?
• Ayat 9-11 : Apa yang Yakobus ingatkan kepada para pembaca suratnya dalam bagian ini?
Yakobus mengajak para pembaca suratnya agar menganggap pencobaan sebagai suatu kebahagiaan. Mengapa demikian? Bukankah ini sesuatu yang mustahil untuk dilakukan? Bukankah seseorang yang tengah mengalami pencobaan pasti mengalami kegelisahan? Yakobus mengatakan hal ini bukan tanpa alasan. Memang benar adanya bahwa pencobaan merupakan bagian dari hidup manusia. Namun melalui pencobaan, seseorang akan belajar untuk tidak menyerah dan bertekun dalam iman (ayat 3). Ketekunan itu akan membawa kita makin dewasa dalam berpikir dan bertindak menjalani kehidupan (ayat 4). Kendati demikian, tak dapat dipungkiri bahwa masih ada orang yang mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, Yakobus menganjurkan agar para pengikut Kristus memohon hikmat dari Allah (ayat 5). Hikmat itu harus diminta dengan iman yang sungguh-sungguh, agar seluruh perbuatan selaras dengan kehendak Tuhan. Tetapi bagi mereka yang bimbang dalam iman, digambarkan seperti gelombang laut yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin (ayat 6). Ia tidak akan memperoleh apa-apa dari Tuhan karena iman dalam Tuhan tidak teguh. Pada akhirnya kita juga mendapati bahwa kebahagiaan sejati para pengikut Kristus tidak diukur berdasarkan status atau harta benda, melainkan bagaimana kerendahan hatinya dalam menanggung berbagai pencobaan (ayat 9-11).
Refleksi
Pencobaan itu bagian dari kehidupan kita, serta kesempatan untuk bertumbuh dalam kedewasaan spiritual. Apakah saat menghadapi pencobaan, saudara sungguh-sungguh memohon hikmat Allah? Ataukah justru hikmat manusia yang sepenuhnya menguasai diri saudara? Kapan terakhir kali saudara memohon hikmat Allah dalam pengambilan keputusan?
Tekadku
Tuhan, ampunilah bilaku sering mengandalkan hikmat atau kekuatan manusia. Ajarlah aku untuk selalu melihat pencobaan sebagai anugerah untuk makin dekat kepada-Mu.
Tindakanku
Aku mau belajar mengubah cara pandangku terhadap pencobaan: “Pencobaan hadir bukan sebagai media untuk berputus asa, melainkan kesempatan untuk berbenah diri dan mendekat kepada Tuhan.”
