*Senin, 3 November 2025**Dipanggil Hidup Kudus**1 Korintus 5:9-13**Pengantar*Bayangkan seseorang yang ingin menjaga ponselnya tetap bersih, tapi selalu diletakkan di meja makan yang penuh remah dan tumpahan kopi. Lama-lama, meskipun ia membersihkan ponsel tiap hari, tetap saja kotor. Begitu juga hidup kita. Bila kita terus bergaul dan berkompromi dengan dosa, lama-lama kita pun ikut tercemar, seperti yang pernah terjadi dalam kehidupan jemaat Korintus. Marilah kita merenungkannya. *Pemahaman*• Ayat 9 -10 : Siapa yang dimaksud Paulus dengan “orang cabul” dalam ayat ini?• Ayat 11 : Mengapa Paulus menegaskan bahwa kita tidak bisa menghindari orang berdosa di dunia ini, tetapi harus waspada terhadap mereka yang mengaku percaya tapi tetap hidup dalam dosa?• Ayat 12 -13 : Apa maksudnya “menghakimi mereka yang ada di dalam jemaat”?Apa tanggung jawab kita terhadap sesama orang percaya yang hidup dalam dosa?Kota Korintus dikenal sebagai kota pelabuhan yang maju dan makmur namun juga penuh dengan praktik amoral dan penyembahan berhala. Jemaat Kristen di sana hidup di tengah budaya yang permisif terhadap dosa seksual dan kompromi moral. Dalam pasal 5, Paulus melakukan teguran keras karena ada anggota jemaat yang hidup dalam dosa percabulan secara terang-terangan namun tidak ditindak oleh gereja. Paulus mengingatkan jemaat Korintus agar tidak berkompromi dengan dosa di dalam gereja. Dunia memang penuh dengan dosa, dan kita tidak bisa sepenuhnya menghindari orang berdosa, tetapi umat TUHAN harus hidup kudus. Gereja dipanggil menjadi komunitas kudus.Hidup kudus bukan berarti menjauh dari dunia, tapi tidak ikut larut dalam dosa dunia. Hidup kudus berarti tetap bersih di tengah dunia yang kotor. Paulus tidak sedang mengajak kita untuk menghakimi dengan sombong, melainkan menegur demi pemulihan. Sesungguhnya menegur sesama orang percaya bukan berarti menghakimi namun tindakan kasih yang bertujuan memulihkan. Gereja yang diam terhadap dosa sedang membiarkan tubuh KRISTUS tercemar. TUHAN memanggil orang-orang percaya untuk hidup memancarkan terang, bukan ikut larut dalam kegelapan. Kita juga dipangil menjadi garam dunia yang harus tetap asin di tengah kebusukan bukan malah ikut membusuk.Kekudusan adalah panggilan dan tanggung jawab orang percaya. Kita tidak boleh membenarkan dosa dengan alasan “kasih” atau “toleransi”. Kasih sejati justru berani menegur dan menuntun pada pertobatan. Rasul Paulus mengingat bahwa kasih dan kekudusan harus berjalan bersama. Ingatlah, kasih tanpa kebenaran melahirkan kompromi; kebenaran tanpa kasih menimbulkan kepahitan. Tapi kasih yang berakar pada kebenaran membawa pemulihan.”*Refleksi*Dalam keheningan, berdiamlah sejenak dan renungkanlah:“Apakah dalam pergaulan, media, atau kebiasaan sehari-hari, ada kompromi kecil terhadap dosa yang ku anggap wajar? Apakah aku masih berani hidup berbeda, kudus, dan murni meski dunia menertawakanku?”*Tekadku*Ya TUHAN, sucikan hatiku dan mampukanlah aku mengarahkan langkah agar aku tetap kudus di tengah dunia yang kotor.*Tindakanku*Hari ini aku akan meninjau kembali satu kebiasaan atau relasi yang menjauhkan aku dari kekudusan dan mulai menggantinya dengan hal yang membawaku lebih dekat pada TUHAN.
-
Recent Comments
No comments to show. -
kategori
-
